Penguatan nilai tukar rupiah hari ini dipicu oleh euforia pasar keuangan global yang meyakini siklus kenaikan bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), sudah berakhir pasca pengumuman hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) dini hari tadi yang mempertahankan bunga acuan di 5,5%.
Di pasar swap, probabilitas kenaikan bunga acuan AS pada 13 Desember, jadwal FOMC terakhir tahun ini, semakin turun tinggal 20%. Sementara peluang kenaikan pada kuartal I-2024 juga semakin kecil. Pasar optimistis, the Fed sudah menyentuh 'terminal rate' dan akan membiarkan level bunga saat ini yang menjadi level tertinggi dalam 22 tahun terakhir, dalam waktu lama. Terma 'higher for longer' menjadi kenormalan baru di pasar keuangan.
Brendan McKenna, ahli strategi pasar negara berkembang di Wells Fargo di New York, menilai, keputusan the Fed semalam, mungkin memberikan kelegaan pada bank-bank sentral di Asia meski kemungkinan para pengambil kebijakan moneter masih akan berhati-hati.
"Mereka mungkin belum siap untuk mulai memotong bunga acuan, tetapi jika imbal hasil [surat utang] di AS trennya lebih rendah dari saat ini, mungkin ada beberapa pembenaran untuk mulai mempertimbangkan siklus pelonggaran," katanya seperti dilansir dari Bloomberg News, Kamis (2/11/2023).
(rui/roy)