Powell juga mengatakan ia belum yakin untuk menilai apakah kebijakan moneter cukup restriktif untuk membawa inflasi kembali ke target the Fed sebesar 2%.
"Sejauh mana dampak-dampak ini masih belum pasti,” kata Powell, seraya mengulangi bahwa pihaknya “tetap sangat memperhatikan risiko inflasi.”
Para investor melihat peluang satu banding tiga untuk kenaikan 25 basis poin pada akhir Januari. Peluang itu turun setelah keputusan tersebut.
FOMC akan bertemu berikutnya pada 12-13 Desember dan kemudian pada 30-31 Januari.
Setelah dengan cepat meningkatkan biaya pinjaman dari level mendekati nol pada Maret 2022 untuk memerangi inflasi, para pejabat mengambil jeda untuk menilai dampak dari pergerakan suku bunga masa lalu mereka tanpa mengesampingkan pengetatan lebih lanjut.
Beberapa pejabat lainnya juga mengatakan bahwa lonjakan imbal hasil Treasury jangka panjang baru-baru ini dapat mengurangi kebutuhan untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Namun, kenaikan imbal hasil sejak pertemuan itu telah mendorong beberapa, termasuk Gubernur Fed Dallas Lorie Logan dan pembuat kebijakan hawkish lainnya, untuk memberi sinyal dukungan untuk jeda kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan minggu ini.
Banyak ekonom memperkirakan pengeluaran dan pertumbuhan akan melambat kuartal ini karena pembayaran utang yang lebih besar, kenaikan pendapatan yang lebih rendah, dan penurunan tumpukan uang tunai membebani rumah tangga.
Adanya erjanjian tentatif antara serikat pekerja United Auto Workers dan ketiga pembuat mobil terbesar Detroit menghilangkan satu hambatan ekonomi di negara itu.
Meski demikian para pejabat perlu memantau kemungkinan hambatan lain, termasuk suku bunga KPR yang mendekati 8% yang membuat pembeli rumah terpinggirkan, potensi penutupan atau shutdown pemerintah AS, dan perang yang meningkat antara Israel dan Hamas.
Sementara pembuat kebijakan lainnya mengatakan mereka khawatir ekonomi yang secara mengejutkan kuat dapat menyebabkan inflasi tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama daripada yang mereka inginkan.
(bbn)