“Hasil produksi gas, dari fasilitas produksi FPSO dikirim lewat pipa ke Pasuruan untuk kemudian dikirimkan kepada buyer,” ucap Redhata. Berdasarkan proyeksi statistik, lapangan BD mampu menjual gas sekitar 105 MMSCFD kepada konsumen, yang merupakan para pelaku industri.
“Data hingga 1 November kami dari lapangan BD memiliki empat buyer, yaitu Perusahaan Gas Negara (PGN) dengan estimasi 95 MMSCFD, Inti Alasindo Energi 10 MMSCFD, dan Petrokimia Gresik 5 MMSCFD” papar Redhata.
Dua lapangan lain yang telah masuk produksi MDA, MBH mempunyai kapasitas produksi 175 MMSCFD dengan realisasi penyaluran gas kepada pembeli sekitar 121 MMSCFD.
“Untuk lapangan 2M, MDA dan MBH telah disalurkan gas kepada Petrokimia Gresik 90 MMSCFD, PLN Nusantara Power 25 MMSCFD, Pertagas Niaga 3,5 MMSCFD, dan PGN 1,5 MMSCFD,” cerita Redhata.
Lapangan yang terakhir, MAC berkapasitas 60 MMSCFD dengan para pembeli diantaranya; Petrokimia Gresik 15 MMSCFD, Bayu Buana Gemilang 3,5 MMSCFD.
“Untuk PGN dan Inti Alasindo Energi masih nol, karena mereka masih mendapatkan pasokan dari lapangan BD. Aktual saat ini untuk lapangan MAC sales gas sekitar 19-20 MMSCFD,” kata Redhata.
HCML menguasai area operasi di Selat Madura seluas 2.515 km2 lewat skema production sharing contract. Fase pertama kontrak telah berakhir 2012 dan mengalami perpanjangan hingga 2032. Perusahaan berencana mengajukan perpanjangan Madura Strait PSC pada akhir 2023 ini.
Selain itu, pengembangan lapangan-lapangan sumber migas lain di wilayahnya terus dilakukan. Seperti pada lapangan MDK dan MBF.
“Lapangan MDK dalam persiapan EPCI [rekayasa, pengadaan, konstruksi dan instalasi] dengan rencana onstrem pada kuartal akhir 2024. Untuk lapangan MBF sedang dalam persiapan FEED [feed front end engineering design] dengan rencana onstrem pada kuartal IV-2025,” ucap dia.
Segala rencana strategi HCML dimaksudkan untuk mengoptimalisasi sumber potensial di wilayah Selat Madura yang mencapai dua triliun standar kaki kubik (TCF).
(wep/hps)