Penurunan produksi di Thailand akan makin memperketat pasokan gula global dan mendukung masa depan yang sudah mendekati level tertinggi dalam 12 tahun setelah India mengatakan pada bulan lalu bahwa mereka akan terus membatasi ekspor gula setelah akhir Oktober.
Saat ini industri gulai juga perlu bergulat dengan konsekuensi dari keputusan Pemerintah Thailand pada Selasa yang memasukkan gula sebagai komoditas yang dikontrol, sebuah langkah yang bertujuan untuk memastikan pasokan gula dalam negeri dan menjaga inflasi tetap terkendali. Penambahan daftar kendali ini berlaku efektif selama satu tahun.
Seperti barang-barang yang dikontrol lainnya, hal ini berarti bahwa setiap perubahan harga eceran atau ekspor satu ton atau lebih gula harus mendapat izin terlebih dahulu dari panel pengatur.
Rangsit dari asosiasi pabrik penggilingan mengatakan langkah tersebut dapat menyebabkan penundaan dalam memenuhi kontrak pengiriman gula yang sudah dijual di pasar berjangka.
Risiko Gangguan
“Ekspor akan terkena dampaknya dan industri akan terkena dampaknya, termasuk pabrik penggilingan dan petani tebu, selama pemerintah lambat dalam mengatasi ketidakpastian,” kata Rangsit dalam sebuah wawancara.
“Jika mengekspor gula menjadi lebih sulit, hal ini akan mengganggu pasokan global dan kontrak berjangka yang telah kami janjikan.”
Sementara itu, kelompok petani tebu di seluruh Thailand mengatakan mereka akan memprotes kebijakan kabinet tersebut pada Minggu, dengan rencana untuk mengumpulkan dan memblokir gula agar tidak dipindahkan dari pabrik untuk dijual dengan harga yang mereka sebut tidak adil.
Pemerintah Thailand mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya akan mencari cara untuk menambah pendapatan petani tebu dan mengharapkan untuk mengusulkan tindakan tersebut dalam rapat kabinet dua pekan ke depan.
(bbn)