Aksi jual massal (sell-off) terjadi di seluruh sektor indeks S&P 500. Penguatan bulanan pada Februari pun habis. Lebih dari 90% saham ditutup di zona merah.
DJIA bahkan sudah menghabiskan seluruh penguatannya sepanjang 2023. Sedangkan saham-saham teknologi yang bertumbangan membuat Nasdaq jatuh lebih dari 2%.
Indeks VIX, yang mencerminkan volatilitas pasar, terus naik dan kini nyaris menyentuh angka 23.
Data ekonomi terkini menunjukkan mungkin AS bisa menghindari resesi. Namun komentar bernada hawkish dari para pejabat The Fed membuat risiko berinvestasi di saham menjadi “sangat buruk”, menurut Michael Wilson dari Morgan Stanley.
“Saat ini, pasar saham sepertinya sudah sedikit overpriced. The Fed masih akan melakukan sesuatu, dan kita tahu bagaimana kemudian kebijakan moneter berdampak kepada perekonomian. Sulit buat saya melihat situasi ini dan bilang ‘ya, kita harus membayar 18 kali dari proyeksi laba’,” papar Liz Young, Head of Investment Strategy di SoFi, kepada Bloomberg Television.
Terlalu Jauh
Beberapa pihak di Wall Street memperingatkan bahwa reli di pasar saham yang terjadi sebelumnya sudah terlalu jauh. Mislav Matejka dari JPMorgan Chase & Co menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan pembalikan arah kebijakan The Fed masih prematur.
Sementara Michael Hartnett dari Bank of America Corp memperkirakan S&P 500 bisa turun ke kisaran 3.800 pada 8 Maret. Artinya, ada risiko koreksi 7% dari posisi sekarang.
Wilson bahkan lebih pesimistis. Dia memperkirakan S&P 500 bisa ambruk hingga ke 3.000 pada semester I-2023. Artinya turun 26% dari posisi akhir pekan lalu.
Berkaca kepada sejarah, pasar saham belum mencapai titik nadirnya. S&P 500 baru menyentuh dasar saat The Fed berhenti menaikkan suku bunga acuan, berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg. Jika tren ini terjadi lagi, maka koreksi lebih lanjut adalah risiko yang nyata.
Survei terbaru JPMorgan terhadap para kliennya menunjukkan posisi penempatan di saham masih cenderung rendah. Hanya 33% responden yang menjawab akan menambah kepemilikan dalam beberapa pekan ke depan.
Seiring redanya sentimen musim laporan keuangan (earnings season), investor kini menunggu rilis dari salah satu emiten berkinerja baik tahun ini yaitu Nvidia Corp. Perseroan dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal IV-2022 pada Rabu waktu setempat.
“Pertanyaannya sekarang adalah apakah laporan keuangan Nvidia mampu menolong pasar saham kembali ke momentum upside? Jika mampu, maka tidak hanya positif bagi pasar saham tetapi juga sektor chip secara keseluruhan. Semikonduktor adalah kelompok yang penting sehingga bisa berpengaruh secara luas,” jelas Matt Maley, Chief Market Strategist di Miller Tabak + Co.
Investor juga memantau perkembangan geopolitik. Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan negaranya akan keluar dari perjanjian nuklir START dengan AS. Keputusan ini dicap “tidak bertanggung jawab”. Sementara Presiden AS Joe BIden menyebut Putin tidak akan menang di perang Ukraina.
Kemudian, Gedung Putih menegaskan tidak akan ragu memberi sanksi terhadap perusahaan China yang membantu Rusia, kata Wakil Menteri Keuangan Wally Adeyemo.