Logo Bloomberg Technoz

Sedangkan untuk indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib), kata Pudji, pada Oktober 2023, secara nasional Ib naik sebesar 0,24% dibanding Ib September 2023, yaitu dari 117,36 menjadi 117,64. Hal ini disebabkan oleh kenaikan nilai Ib di seluruh subsektor pertanian, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,23%; Subsektor Tanaman Hortikultura sebesar 0,19%; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,26%; Subsektor Peternakan sebesar 0,25%; dan Subsektor Perikanan sebesar 0,29%.

Adapun harga gabah dan beras masih meningkat pada Oktober. Di tingkat petani, harga Gabah Kering Panen (GKP) pada Oktober naik 5,16% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Dibandingkan Oktober tahun lalu (year-on-year/yoy), terjadi lonjakan 27,95%. Untuk GKG (Gabah Kering Giling), harga naik 4,29% mtm dan 30,77% yoy.

Masuk ke penggilingan, harga beras naik 3,31% mtm dan 29,24% yoy. Lalu di tingkat grosir, harga naik 2,13% mtm dan 21,64% mtm. Di tingkat eceran, harga beras naik 1,72% mtm dan 19,12% yoy. 

Namun, kata Pudji, kenaikan harga beras yang diterima petani padi sifatnya temporer. “Sangat fluktuatif," tegasnya.

Meski begitu, demikian Pudji, peningkatan NTP tidak dipungkiri akibat kenaikan harga gabah. "NTP tanaman pangan naik 2,6% dan kenaikan ini terjadi karena It ini naik 2,91%. Ini salah satunya didorong kenaikan harga gabah,” jelasnya.

Lebih lanjut Pudji menyebut, saat ini BPS sedang melakukan kajian mengenai penyempurnaan perhitungan NTP. Hal ini merupakan bagian dari proses untuk mengevaluasi kembali metodologi yang sudah digunakan oleh BPS. Namun, BPS berpendapat bahwa ukuran kesejahteraan petani tidak hanya cukup dengan menggunakan NTP.

“Sama-sama diketahui NTP berbasis pada perubahan harga, ada dimensi lain selain harga yang tentunya bisa digunakan untuk melihat pendapatan atau tingkat kesejahteraan petani tersebut. BPS melakukan pilot perhitungan kesejahteraan. semoga tahun depan ada alternatif indikator untuk melihat kesejahteraan petani,” ucapnya.

(aji)

No more pages