Logo Bloomberg Technoz

Faktor pemicu penguatan dolar AS, menurut Edi, di antaranya adalah, pertama, data US Employment Cost Index atau biaya tenaga kerja yang meningkat pada Oktober. "Itu menggambarkan bahwa inflasi [Amerika Serikat] masih akan tinggi dan diduga the Fed akan memberikan tone yang hawkish," jelas Edi.

The Fed akan merilis hasil pertemuan Federal Open Meeting Comittee pada Kamis dini hari nanti dengan prediksi pasar akan ada 'hawkish pause' di mana bunga acuan AS ditahan di 5,5%. Namun, apakah Desember nanti bank sentral AS itu akan kembali mengerek bunga acuan, masih menjadi tanda tanya besar di benak pelaku pasar.

Faktor kedua penguatan dolar AS hari ini, kata Edi adalah karena data Caixin PMI Manufacturing China yang terkontraksi. Itu membebani pamor mata uang Asia yang banyak memiliki eksposur dengan perekonomian Tiongkok.

PMI non manufaktur China juga turun menjadi 50,6 dari 51,7 pada September. Pelemahan itu memantik kekhawatiran bahwa pelemahan ekonomi Tiongkok bakal berlanjut hingga akhir tahun ini  dan memaksa otoritas Negeri Panda itu untuk kembali menggelontorkan stimulus fiskal untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

Penyebab ketiga adalah, "Bank of Japan dianggap oleh pelaku pasar hanya melakukan langkah minor dalam kebijakan moneternya. Hal-hal tersebut yang menyebabkan indeks dolar AS mengalami penguatan," kata Edi.

Bank of Japan kemarin siang mengumumkan keputusan merelaksasi kebijakan kontrol kurva yield yang direspon pasar dengan kenaikan yield surat utang JGB-10y sebesar 6 bps menjadi 0,95%, diikuti depresiasi yen hingga 1,7% melampaui 150 per dolar AS.  

Sampai siang ini, won Korea memimpin kejatuhan valuta Asia dengan pelemahan 0,48%, sementara rupiah menjadi yang terburuk kedua dengan terperosok 0,41%, disusul oleh baht Thailand yang juga tergerus 0,37%.

Ringgit Malaysia dan peso Filipina juga semua tergerus. Sementara yuan offshore (CNH) menjadi satu-satunya yang masih menguat tipis 0,06%.

(rui)

No more pages