Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan serangkaian serangan udara Israel di kamp pengungsi yang padat telah menewaskan dan melukai ratusan orang, yang merupakan salah satu serangan paling mematikan sejak pemboman udara dimulai lebih dari tiga pekan lalu.

Serangan udara, yang telah menghantam Gaza sejak serangan sebelumnya oleh Hamas pada 7 Oktober, terus berlanjut dan telah merenggut lebih dari 8.500 nyawa warga Palestina, menurut otoritas kesehatan yang dipimpin Hamas itu.

Di darat, kendaraan lapis baja berjaga di pinggiran Kota Gaza, beberapa kilometer di seberang perbatasan, di saat pasukan Israel menyerang pos terdepan Hamas, yang menewaskan puluhan militan Hamas, menurut juru bicara militer Israel via pesan teks pada Selasa.

“Israel melakukan tindakan secara bertahap, sangat hati-hati, hati-hati karena ingin memastikan minim jumlah korban,” kata Yossi Kuperwasser, mantan pejabat tinggi intelijen militer Israel via telepon.

Hal ini berbeda dengan tahun 2014, ketika tentara Israel menyerbu Jalur Gaza setelah 10 hari melakukan pemboman udara, yang memicu pertempuran sengit di lingkungan perkotaan padat penduduk tempat Hamas berada.

Lebih dari puluhan tentara tewas. Sebelum gencatan senjata diberlakukan beberapa minggu kemudian, jumlah korban tewas tentara meningkat menjadi 66 orang hingga menuai kritik.

Pasukan darat Israel saat perlawanan dengan Hamas. (Dok: Bloomberg)

Serangan Perlahan

Pendekatan dari serangan yang pelan saat ini dimaksudkan untuk menghindari pertempuran sengit di daerah-daerah yang sudah dibangun, sementara pasukan berhati-hati mendekati jaringan terowongan rahasia bawah tanah yang luas di mana Hamas bersembunyi.

Taktik lambat ini mungkin akan membatasi kerugian militer Israel dan potensi kematian warga sipil, namun berisiko memperpanjang perang.

Ada juga pergeseran fokus dari negosiasi mengenai sandera, di mana sekitar 240 orang disandera oleh Hamas, yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh AS dan Uni Eropa.

Pada Selasa Israel mengatakan bahwa tak ada kesepakatan untuk membebaskan lebih banyak tawanan melalui mediasi Qatar.

Jumlah korban sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat pemboman Israel sejak serangan Hamas telah memicu meningkatnya kecaman internasional, dan mengarah pada krisis kemanusiaan yang mengerikan, yang telah menyebabkan lebih dari 60% dari 2,2 juta penduduk Gaza mengungsi. Pemblokiran pasokan bahan bakar dan listrik oleh Israel serta terbatasnya air dan makanan juga telah menambah penderitaan mereka.

Hal ini mempersulit tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas dan kepemimpinannya setelah kelompok yang didukung Iran tersebut melancarkan serangan satu hari yang paling mematikan dalam sejarah negara tersebut.

Salah satu serangan akibat pertempuran Israel vs Hamas. (Dok: Bloomberg)

Arus Bantuan

Israel akan meningkatkan jumlah bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza dari Mesir menjadi 100 truk per hari – masih seperlima dari jumlah sebelum perang – kata Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.

Ia menambahkan bahwa militer harus mulai mengurangi korban sipil dan fokus di utara Gaza, tempat pasukan Hamas bermarkas. Israel juga telah mendesak warga Gaza untuk melarikan diri ke selatan, meskipun serangan udara juga terus berlanjut di sana.

Israel tampaknya akan membangun zona penyangga antara negara itu dan Gaza untuk memastikan serangan di masa depan terhadap wilayahnya tidak terjadi, menurut para pejabat negara.

Namun keberhasilan mengusir Hamas dari Gaza bisa memakan waktu lebih dari satu tahun, menurut Amir Avivi, mantan brigadir jenderal yang terlibat dalam persiapan perang Gaza tahun 2014.

Kita perlu menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk membongkar semua infrastruktur ini,” katanya via telepon setelah pertemuan dengan PM Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat tinggi militer selaku ketua asosiasi mantan dan anggota cadangan pasukan keamanan Israel.

Tantangan yang dihadapi Israel di Gaza diperburuk oleh jaringan terowongan, yang menurut Hamas membentang beberapa ratus kilometer dan dilengkapi dengan lubang ventilasi dan listrik. Beberapa di antaranya menurut para ahli mencapai kedalaman 35 meter dan bahkan memiliki rel kereta api dan ruang komunikasi.

Dampak peperangan yang memanas antara Israel vs Hamas. (Dok: Bloomberg)

Adapun pintu masuknya seringkali terletak pada bangunan tempat tinggal atau fasilitas umum lainnya.

Penggunaan robot untuk menjelajahi kompleks terowongan dapat mengurangi risiko. Namun, karena terbatasnya ruang dan jebakan, pasukan Israel yang mencoba masuk ke sana berada dalam posisi yang sangat dirugikan.

Tantangan lainnya adalah Hamas mengatakan mereka menempatkan para sandera di bawah tanah, sehingga lebih berbahaya jika Israel mengebom kompleks tersebut.

Sejak perang dimulai, Hamas terus menggunakan sistem bawah tanah untuk melakukan serangan, baik di darat maupun di laut.

Menurut Manuel Trajtenberg, direktur eksekutif think-tank Institute for National Security Studies yang berbasis di Tel Aviv, Israel perlu mengurangi serangannya setelah beberapa minggu dan kemudian mengandalkan misi yang lebih bertarget untuk jangka waktu yang lebih lama lantaran tekanan dari komunitas internasional dan dalam negeri.

“Kami tidak pernah memikirkan kependudukan secara besar-besaran,” katanya.

(bbn)

No more pages