"Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk bersama-sama mengembangkan pabrik manufaktur baterai di Indonesia dengan memanfaatkan lithium Australia dan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat merealisasikan potensi cadangan nikel Indonesia dan tenaga kerja yang melimpah," kata Arsjad.
Lebih lanjut, dia mengelaborasi bahwa MoU tersebut mencakup upaya mempromosikan investasi dan kerja sama untuk kepentingan bersama Australia Barat dan Indonesia, terutama dalam mengoptimalkan peluang untuk mengembangkan mineral kritis dan industri baterai dengan nilai tambah yang tinggi.
Sekadar catatan, Australia Barat dan Indonesia memiliki sejarah kerja sama di sektor sumber daya, dengan beberapa perusahaan tambang Indonesia beroperasi di Australia Barat dan perusahaan-perusahaan Australia Barat melakukan investasi di sektor pertambangan Indonesia.
Dalam kerja sama ini, Kadin dan Pemerintah Australia Barat akan menjalin kemitraan industri dalam rantai pasok mineral penting di kedua wilayah, serta berbagi informasi tentang pembaruan hukum atau peraturan.
MoU ini diharapkan dapat mempercepat kerja sama dan merangsang pengembangan industri baterai dan EV global.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan Kemenperin akan fokus memperluas ekspor produk otomotif tahun ini, berkaca dari capaian sukses penetrasi produk otomotif Indonesia di pasar Australia yang memiliki standar tinggi.
Di Indonesia, kekuatan industri otomotif nasional ditopang oleh 23 perusahaan yang memproduksi kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan total kapasitas produksi mencapai 2,35 juta unit per tahun.
Pabrikan mobil di Indonesia, lanjutnya, berhasil mengekspor produk completelly built up (CBU) sebanyak 473.000 unit sepanjang 2022, melesat 60,7% secara tahunan.
Secara nilai, capaian tersebut setara dengan pendapatan ekspor sejumlah US$5,7 miliar yang meroket 63,5% secara tahunan.
“Berdasarkan kinerja yang gemilang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan di sektor otomotif dalam hal kinerja ekspor dalam bentuk CBU sudah berjalan sangat baik,” ujarnya, Selasa (21/02/2023).
Agus mencontohkan ekspor Kijang Innova Zenix produksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Kendaraan tersebut telah memenuhi tingkat kandungan lokal sebesar 70%.
Sebagai salah satu eksportir mobil terbesar di Indoensia, kapasitas produksi annual TMMIN mencapai 320.000 unit kendaraan serta 440.000 unit mesin dan bagiannya, yang difabrikasi di empat pabrik di Karawang dan Sunter.
“Ekspornya pada 2022 mencapai 136.000 unit CBU, dengan total ekspor secara kumulatif sampai dengan 2022 mencapai lebih dari 2 juta unit CBU ke lebih dari 100 negara di Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Asia Timur, Amerika Latin, Oceania, dan Australia,” sebut Agus.
Sementara itu, total investasi Toyota yang sudah terealisasi sampai dengan 2022 mencapai Rp77,9 triliun, dengan komitmen tambahan sejumlah Rp27,1 triliun hingga 2026.
Untuk 2023, lanjutnya, TMMIN menargetkan ekspansi ekspor produk kendaraan terelektrifikasi yang dimulai dari pengapalan mobil hibrida produksi lokal. Kendaraan tersebut akan diekspor ke 27 negara, termasuk Australia, dengan jumlah 2.000 unit pada tahun ini.
(wdh)