Logo Bloomberg Technoz

Pelaku pasar sejauh ini masih meyakini the Fed akan menahan bunga acuan dalam FOMC nanti malam dengan probabilitas mencapai 98,4%.

Tingkat imbal hasil Treasury, surat utang AS, semua tenor bergerak naik dengan UST-10 tahun kembali merangkak ke 4,92%. Indeks dolar AS semalam juga ditutup menguat dan pagi ini melanjutkan kekuatan, ditambah indeks harga obligasi global di pasar negara maju tergerus turun. Sedangkan indeks harga obligasi di pasar negara berkembang ditutup hijau diikuti oleh indeks mata uang emerging market, MSCI Emerging Market Currency Index, yang ditutup tipis. 

Pergerakan rupiah di pasar nondeliverable forward hari ini juga terpantau kembali berayun di kisaran Rp15.904-Rp15.911/US$ untuk kontrak 1 bulan dan 1 minggu.

Dalam perdagangan Selasa kemarin di pasar spot, rupiah berhasil mencuri penguatan tipis 0,03% ke level Rp15.885/US$, sedangkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) ditutup lebih kuat juga di Rp15.897/US$.

Analisis teknikal

Mengacu pada analisis teknikal, rupiah sebenarnya memiliki peluang melanjutkan penguatan ke area Rp15.850/US$ yang menjadi level resistance terdekat sebelum bisa ke Rp15.835/US$.

Bila level penguatan itu bisa dijebol, nilai tukar rupiah berpotensi melanjutkan penguatan mendekati trendline channel garis ungu pada area Rp15.795/US$ sebagai resistance potensial terkuatnya.

Sebaliknya, bila sentimen pasar hari ini tidak berpihak pada rupiah dan terjadi tekanan, rupiah berpotensi melemah kembali ke Rp15.900/US$ dengan level support berikut di Rp15.940/US$.

Melihat tren jangka menengah, rupiah masih memperlihatkan potensi penguatan optimistis ke level Rp15.745/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 1 November (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

-- dengan bantuan Muhammad Julian Fadli.

(rui)

No more pages