S&P Global Ratings memperingatkan pekan lalu bahwa meski data ekonomi terbaru menempatkan target pertumbuhan pemerintah sekitar 5% dalam jangkauan tahun ini, itu bisa turun ke 2,9% pada tahun 2024 jika krisis properti semakin dalam.
Pihak berwenang telah berusaha untuk menghentikan penurunan dalam beberapa bulan terakhir dengan meluncurkan pengurangan persyaratan uang muka sambil juga mendorong bank untuk menurunkan suku bunga pada KPR yang ada.
Meskipun demikian, harga rumah pada September turun pada laju tercepat dalam hampir setahun.
“Harga rumah yang lesu telah membuat pembeli menjauh,” kata Chen Wenjing, associate research director di China Index Holdings.
“Langkah-langkah dukungan saat ini telah memiliki beberapa efek di beberapa kota terbesar, tetapi efek kebijakan tampaknya tidak stabil.”
Krisis properti China pun menunjukkan kesuraman lainnya pada hari Senin, ketika China Evergrande Group, pengembang paling berutang di dunia, mendapatkan "penangguhan terakhir" dalam sidang likuidasi yang menimpanya.
Penundaan hingga 4 Desember itu adalah kesekian kalinya dalam serangkaian penundaan sejak proses likuidasi dimulai tahun lalu.
Perusahaan properti besar lainnya, Country Garden Holdings Co. dinyatakan gagal bayar pada obligasi dolar untuk pertama kalinya pada 25 Oktober lalu. Hal menggarisbawahi kesulitan para pengembang di tengah krisis utang properti yang telah mengguncang ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
(bbn)