Pada saat yang sama, bunga acuan Bank Indonesia juga sudah terkerek naik ke 6%. Lelang SUN hari ini menjadi lelang pertama yang digelar pasca kenaikan BI7DRR.
Dalam lelang hari ini, investor juga meminta yield jauh lebih tinggi dibandingkan lelang sebelumnya.
Untuk seri FR0100 yang bertenor 10 tahun misalnya, investor meminta yield di kisaran 7,05-7,45%. Jauh lebih tinggi dibanding permintaan imbal hasil dalam lelang terakhir yang tertinggi hanya di kisaran 7,05%.
Sementara untuk FR0101, seri baru yang jatuh tempo pada 2029, investor meminta di kisaran 6,99-7,4%. Sedangkan untuk tenor lebih panjang FR0098 yang jatuh tempo 2038, yield tertinggi yang diminta mencapai 7,5%.
Pemerintah akhirnya memenangkan yield rata-rata dimenangkan (weighted average yield/WAY) untuk tenor 10 tahun di 7,14% dengan yield tertinggi di 7,2%. Level imbal hasil itu jauh di atas WAY lelang sebelumnya yang ada di level 6,82%.
Imbal hasil di pasar primer itu juga lebih tinggi dibandingkan tingkat yield INDOGB-10 tahun hari ini yang bergerak di kisaran 7,07%.
Sedangkan seri baru FR0101 dimenangkan dengan WAY di 7,05%. Lebih tinggi dibanding level yield INDOGB-7 tahun yang saat ini bergerak di 7,08%.
Tingkat yield yang lebih tinggi dimenangkan itu bisa dilihat sebagai upaya pemerintah menggairahkan lagi pasar surat utang yang selama beberapa waktu belakangan tertekan aksi jual dan telah menyeret rupiah mendekati Rp16.000/US$.
Akan tetapi, patut dicatat bahwa pemberian imbal hasil yang lebih tinggi di pasar primer untuk SUN yang menjadi sumber pembiayaan APBN, juga berarti biaya dana (cost of fund) yang harus ditanggung oleh pemerintah menjadi lebih besar.
(rui/aji)