Dibandingkan Oktober tahun lalu, harga bertambah 19,33%.
Bulan ini, rata-rata harga beras tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Utara, mencapai Rp 15.380/kg. Sementara yang terendah ada di Jawa Timur yaitu Rp 12.050/kg.
Tidak cuma beras, harga gula pun bergerak naik. Rata-rata harga gula konsumsi pada Oktober adalah Rp 15.560/kg. Naik 4,15% mtm dan 9,19% yoy.
Harga cabai-cabaian juga naik. Cabai rawit merah, misalnya, rata-rata harga pada Oktober adalah Rp 49.990/kg. Melonjak 41,25% mtm, meski turun 4,09% yoy.
Sementara rerata harga daging ayam ras pada Oktober adalah Rp 35.120/kg. Naik 0,65% mtm dan 5,15% yoy.
Daya Beli Tergerus
Meski inflasi umum meninggi, tidak demikian dengan inflasi inti. Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi inti pada Oktober adalah 1,98% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yakni 2% yoy.
Jika terwujud, maka inflasi inti 1,98% yoy adalah yang terendah sejak Januari 2022.
Perlambatan inflasi inti merupakan pertanda, sinyal, indikasi bahwa terjadi pelemahan daya beli. Sebab, inflasi inti adalah ‘keranjang’ yang berisikan barang dan jasa yang harganya persisten, bandel, tidak mudah naik-turun.
Jadi kalau harga barang dan jasa yang bandel saja sampai turun, maka artinya dunia usaha harus menurunkan harga jual supaya dagangannya laku. Ini menandakan rakyat mengerem konsumsi, atau daya belinya berkurang.
“Ketika produksi beras masih rendah, maka ada kemungkinan kenaikan harga beras akan berlanjut. Ini akan mempengaruhi daya beli konsumen pada kuartal IV-2023.
“Beras dan makanan yang terkait menyumbang 5% dalam keranjang inflasi nasional, terbesar kedua setelah perumahan. Bagi masyarakat miskin, beras menyumbang 19% terhadap konsumsi,” jelas Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, dalam risetnya.
(aji/roy)