Sebagai gambaran, dalam dua kali lelang SUN terakhir, nilai penawaran yang masuk tidak pernah melampaui Rp23 triliun. Hal yang sama juga terjadi dalam lelang sukuk negara atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang mencatat animo rendah.
Ada delapan seri yang dilelang hari ini, yaitu dua seri Surat Perbendaharaan Negara (SPN) bertenor pendek, lalu enam seri Fixed Rate (FR) di mana satu seri adalah penerbitan baru yaitu FR0101 yang jatuh tempo pada 2029 nanti.
Animo yang masuk dalam lelang SUN hari ini diprediksi akan berkisar di antara Rp17 triliun-Rp22 triliun, menurut perkiraan Samuel Sekuritas dalam catatan untuk klien, Selasa (31/10/2023). Dengan nilai penawaran yang belum bangkit, pemerintah pun diperkirakan hanya akan menyerap sebesar Rp8 triliun hingga Rp11 triliun.
Bunga Acuan Bisa Naik
Pasar surat utang juga dibebani potensi kenaikan lagi bunga acuan Bank Indonesia, BI7DRR, yang diprediksi bisa ke 6,25% dalam waktu dekat.
Kenaikan bunga acuan akan mengerek lebih tinggi tingkat yield SUN hingga di atas 7,2% sampai 7,5%. Menurut Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas, 7,5% menjadi puncak yield SUN-10 tahun. Bila puncak yield itu tersentuh maka selisih imbal hasil dengan surat utang AS akan kembali melebar dan kompetitif.
Pemodal asing bisa kembali masuk ke pasar domestik sehingga nilai tukar rupiah pun bisa kembali menguat.
Akan tetapi, dengan rencana baru pemerintah AS menaikkan nilai emisi Treasury yang bisa memicu lonjakan kenaikan yield UST, itu lagi-lagi akan membebani daya tarik surat utang RI.
(rui/aji)