“Saya pikir benar hal tersebut menjadi katalis negatif yang menyebabkan menurunnya harga BBYB,” jelas dia. Jika ditarik lebih panjang, selama 2023 Bank Neo Commerce juga mengalami tren penurunan. Rekor tertingginya di Rp805, terjadi pada 2 Februari, dan terendah di Rp210 pada minggu ini.
William memperkirakan level psikologis harga BBYB terbaru dengan support Rp178-Rp200 dan resistance pada level Rp272, dengan berpotensi melanjutkan fase downtrend.
Sekadar informasi saja, Bank Neo Commerce tercatat dimiliki oleh tiga investor besar, dengan pemegang mayoritas adalah PT Akulaku Silvrr Indonesia sebesar 27,32%. Sisanya, Gozco Capital sebesar 8,45%, dan Rockcore Financial Technology Co. Ltd sebesar 6,12%.
Agnes Fibri Dewi, Corporate Secretary Bank Neo Commerce, dalam keterangannya mengatakan apa yang menimpa Akulaku tidak akan berdampak dalam operasional perseroan. "Tidak ada informasi/kejadian penting lainnya yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan serta dapat mempengaruhi harga saham perusahaan," jelas Agnes.
Kinerja Akulaku
Hingga Semester I-2022, total pendapatan Akulaku secara konsolidasi tercatat US$397 juta atau naik 45% dibandingkan periode sebelumnya, dengan kontribusi dari Bank Neo Commerce mencapai US$73 juta.
Ada 34 juta pengguna Akulaku selama periode yang berakhir Juni 2022, atau mengalami kenaikan 183% dari sebelumnya. Kontribusi Bank Neo Commerce mencapai 15 juta pengguna. Total pembiayaan US$1,7 miliar.
“Dimana produk BNPL [paylater] dan produk pinjaman tunai kami naik 20% dalam volume dari tahun lalu. Produk cicilan naik lebih dari dua kali lipat dari 2021,” tulis Akulaku dilansir Selasa (31/10/2023).
Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menghentikan sementara penyaluran pinjaman paylater Akulaku Finance Indonesia.
"OJK telah mengambil tindakan pengawasan (supervisory action) melalui Pembatasan Kegiatan Usaha Tertentu (PKUT) karena PT Akulaku Finance Indonesia tidak melaksanakan tindakan pengawasan yang diminta oleh OJK untuk memperbaiki proses bisnis penyaluran pembiayaan buy now pay later (BNPL) yang meliputi aspek manajemen risiko, tata kelola perusahaan yang baik, dan manajemen risiko teknologi informasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku," tulis juru bicara OJK dalam keterangannya.
(wep)