RBC Capital Markets hanya melihat sekitar US$100 miliar penerbitan neto tahun depan. Barclays Plc, sementara itu, memperkirakan sekitar US$850 miliar, sementara Jefferies LLC memperkirakan pasokan pada tahun 2024 mendekati US$1 triliun.
Perkiraan telah diperumit oleh ketidakpastian seputar kapan bank sentral AS, The Federal Reserve akan selesai membongkar neracanya, sebuah proses yang dikenal sebagai pengetatan kuantitatif, kata Gennadiy Goldberg, kepala pakar strategi suku bunga AS di TD Securities, yang perusahaannya melihat US$230 miliar pasokan obligasi di tahun 2024. Prospek defisit federal juga menurut dia menyebabkan disparitas.
“Agak sulit bagi Treasury untuk terus menerbitkan surat utang,” kata Goldberg, “karena ini membuat mereka terpapar fluktuasi biaya dan juga membuat mereka terlalu terpapar pada pendanaan front-end.”
Treasury telah membanjiri pasar dengan obligasi selama lima bulan terakhir, dejgan nafsu makan yang besar di kalangan investor yang tertarik dengan imbal hasil 5% plus.
Namun, itu memberatkan pemerintah AS, yang menghadapi risiko rollover yang lebih besar - atau potensi bahwa utang yang jatuh tempo diganti dengan obligasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi.
Menurut pakar strategi Citigroup Inc. Jason Williams bagaimanapun ada tantangan likuiditas dengan Treasury menjalankan pangsa tagihan yang secara struktural lebih tinggi.
Citi memperkirakan jumlah surat utang yang beredar akan mendekati US$5,6 triliun pada akhir tahun. Angka itu bisa membengkak menjadi US$7 triliun atau US$8 triliun pada akhir 2025 jika pangsa T-bills naik menjadi 25% hingga 30%, berpotensi meningkatkan risiko rollover sekitar US$100 miliar.
(bbn)