Adapun beban iklan dan pemasaran juga berhasil dipangkas 53% menjadi tersisa Rp 1,5 triliun, dari periode yang sama tahun lalu Rp 3,27 triliun.
Manajemen GOTO menyatakan perseroan berhasil mencatatkan perbaikan kuartalan atas rugi EBITDA Grup yang disesuaikan sebesar 74% year-on-year menjadi Rp 942 miliar, dari sebelumnya rugi EBITDA Rp 3,69 triliun di Q3-2022, yang didorong peningkatan monetisasi dan manajemen beban usaha secara disiplin.
Nilai transaksi bruto atau GTV (gross transaction value) Grup juga tumbuh 5% menjadi Rp 151,3 triliun dibanding kuartal sebelumnya, menunjukkan dampak positif dari inovasi perseroan di tengah kompetisi yang semakin ketat.
Sementara itu, GTV Grup turun 6% year-on-year, disebabkan oleh penurunan insentif dan pemasaran produk. Pada saat yang bersamaan, jumlah konsumen profitabel dan kontribusi mereka terhadap GTV tetap stabil dibandingkan kuartal sebelumnya.
Patrick Walujo, Direktur Utama Grup GoTo mengatakan GTV Grup telah kembali mencatatkan pertumbuhan positif setelah mencatatkan penurunan dua kuartal berurutan, didorong oleh pertumbuhan unit bisnis E-Commerce dan On-Demand Services.
Hal ini disebabkan oleh strategi perseroan memperluas pasar potensial (total addressable market atau TAM) melalui pengembangan produk dan layanan yang mampu menjawab kebutuhan konsumen yang lebih peka terhadap harga (price conscious customers).
“Sinergi ekosistem yang semakin kuat ini menjadi keunggulan kami di tengah kompetisi yang semakin ketat. Grup GoTo akan terus beradaptasi secara taktis untuk mempertahankan kepemimpinan pasar kami, serta di saat yang sama terus berinvestasi untuk mendukung strategi bisnis jangka panjang perseroan,” katanya, dalam siaran pers, Senin ini (30/10).
Jacky Lo, Direktur Keuangan Grup GoTo, menjelaskan, seiring tumbuh kembalinya GTV di kuartal ketiga dibanding kuartal sebelumnya, perseroan juga mencatat adanya perbaikan secara berturut-turut pada margin kontribusi dan EBITDA yang disesuaikan.
Hal ini didorong oleh efisiensi beban operasional, dengan mengurangi redudansi serta pemanfaatan teknologi untuk menekan biaya.
“Kami terus melangkah menuju profitabilitas, di mana di kuartal ketiga ini unit bisnis On-Demand Services berhasil mencapai nilai positif untuk EBITDA yang disesuaikan, sebelum alokasi biaya korporasi. Meski demikian, kami melihat adanya kompetisi yang semakin ketat dan kemungkinan akan terus berlanjut. Perseroan akan merespons hal ini dengan prinsip kehati-hatian, seiring upaya kami menyeimbangkan pertumbuhan dengan profitabilitas,” kata Jacky.
Lebih lanjut, Jacky mengatakan, pendapatan bruto GOTO tumbuh 1% year-on-year mencapai Rp 6 triliun, didukung penghematan beban insentif dan pemasaran produk sebesar 36% year-on-year atau setara dengan Rp 2,1 triliun untuk kuartal III ini.
Margin kontribusi Grup juga tetap positif untuk tiga kuartal berturut-turut, yaitu 0,75% sebagai persentase GTV, tumbuh 149 bps (basis poin) year-on-year dan 2 bps dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter) mencapai Rp 1,1 triliun.
Perseroan memiliki kas dan neraca yang solid, dengan kas, setara kas, dan deposito jangka pendek senilai Rp 25,2 triliun pada tanggal 30 September 2023. Tingkat penggunaan bersih kas (net cash burn) berkurang 76% dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga GOTO memiliki modal lebih dari cukup untuk menjalankan kegiatan bisnisnya dan mengeksekusi rencana saat ini.
Tahun ini, manajemen GOTO menyatakan, GoTo berharap tumbuh lebih jauh, di tengah perluasan demografi pengguna dengan beban usaha yang efektif, khususnya di tengah besarnya pasar Indonesia. Hal ini dilakukan dengan memperdalam keunikan ekosistem yang memberikan berbagai pilihan belanja konsumen.
Perseroan menetapkan pedoman kinerja yakni mencapai EBITDA Grup yang disesuaikan positif dalam kuartal keempat 2023. Adapun EBITDA Grup yang disesuaikan untuk keseluruhan tahun 2023 berada di kisaran antara minus Rp4,5 triliun dan minus Rp3,8 triliun.
“Pedoman di atas didasarkan pada kondisi pasar saat ini dan mencerminkan perkiraan awal Perseroan, yang semua tergantung pada ketidakpastian dan risiko. Hal ini termasuk peningkatan kompetisi pasar, yang diperkirakan akan berlanjut di kuartal mendatang, inflasi, serta faktor lainnya,” tulis manajemen GOTO
(mfd/dba)