Mia Glass—Bloomberg News
Bloomberg, Tren pelemahan greenback di akhir tahun mungkin gagal mendukung penurunan dolar akibat ketidakpastian ekonomi dan geopolitik saat ini di pasar global.
Biasanya arus perdagangan saat liburan, minat musiman untuk mengambil risiko serta periode penutupan buku akhir tahun cenderung menekan mata uang Amerika Serikat (AS) di masa ini. Namun, akumulasi efek kebijakan bank sentrlal AS, the Fed dan konflik Timur Tengah tahun ini dapat mematahkan tren ini.
Bloomberg Dollar Spot Index terpantau turun setiap bulan Desember selama enam tahun berturut-turut, dengan penurunan rata-rata sekitar 1,4%. Pelemahan yang dimulai pada bulan November sebanyak empat kali. Nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar juga biasanya naik sekitar rata-rata 1,2% di bulan November dan Desember.

“Spread suku bunga riil relatif pada lima tahun terakhir, kelihatan lebih mendukung dolar saat ini, sehingga kondisi untuk penurunan dollar tampak lemah,” kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd. di Singapura.
“Jelas masalah utamanya adalah kebijakan pengetatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” dan kemudian “Anda menghadapi masalah geopolitik yang membuat situasi menjadi campur aduk.”
Data ekonomi AS yang kuat bertahan dalam beberapa bulan terakhir serta perdebatan oleh The Fed untuk terus menaikkan suku bunga tahun ini kemungkinan besar akan makin menguntungkan greenback.
Pasar memperkirakan hanya ada sekitar 20% kemungkinan kenaikan bunga acuan The Fed pada akhir tahun ini. Imbal hasil Treasury 10 tahun juga bergerak tidak jauh dari level psikologis 5% usai menyentuh posisi tertingginya sejak 2007 minggu lalu.
Dolar ada dalam posisi yang diuntungkan oleh tren ekonomi dan lonjakan imbal hasil. Hal yang mengacaukan banyak taruhan posisi terhadap mata uang ini pada awal tahun.
Indeks Bloomberg telah naik lebih dari 2% pada tahun 2023, sementara indeks dolar Asia telah turun hampir 5%.
“Mereka selalu mengatakan situasi sebelumnya cenderung terulang kembali, tetapi saya pikir kali ini sedikit lebih sulit untuk mengatakan hal itu,” kata Wei Liang Chang, ahli strategi makro DBS Bank Ltd.
“Jika terjadi stabilisasi di China dan jika the Fed tidak menjadi pengganggu situasi, kita bisa melihat sedikit reli mata uang Asia untuk bulan November dan Desember.”
Beberapa ahli strategi melihat banyak mata uang Asia akan menguat jika terjadi pemulihan di China.
Beijing mengumumkan peningkatan bantuan ekonomi sebesar 1 triliun yuan atau sekitar US$137 miliar minggu ini. Mata uang-mata uang Asia itujuga sangat bergantung pada jalur imbal hasil AS yang sering dibandingkan dengan potensi yield atas aset-aset regional.
“Kami secara umum melihat tren pelemahan yang luas di seluruh Asia,” kata Mitul Kotecha, kepala Strategi Makro FX dan EM, Asia Barclays.
“Namun saya rasa memasuki akhir tahun keadaan mungkin terlihat sedikit lebih baik dalam beberapa hal karena kita telah mengalami beberapa penurunan dalam imbal hasil AS, dolar terlihat menghadapi sedikit perlawanan dan data di China menunjukkan sedikit perbaikan.”
Varathan dari Mizuho kesulitan untuk menilai apakah sejarah bisa dijadikan panduan tahun ini karena ada banyak sejumlah faktor eksternal yang mempengaruhi dolar.
“Menjelang akhir tahun, kita harus berhati-hati dalam bertaruh terhadap dolar,” katanya. “Kita harus bersiap untuk tahun yang anomali.”
(bbn)