Kacung sendiri mengatakan, sejak PDIP melempar hal ini, tampak mulai ada juga kontra argumen. Diketahui bahwa Presiden Jokowi menurut hasil survei memang masih populer. Kinerjanya mendapat kepuasan hingga 70% setidaknya melalui survei SMRC pada September 2023 lalu.
"Tapi sejauh mana ini akan berhasil kita lihat seperti apa? Apakah terus bergulir atau tidak. Tapi mulai ada kontra argumen kan? Ada yang mendukung, ada yang enggak, seperti Bahlil (Menteri Investasi Bahlil Lahadalia) ngomong 'itu bukan pak Jokowi itu dari saya' dan lain-lain," tambahnya.
Sementara Ketua DPP PDIP Puan Maharani sempet cenderung membantah bahwa PDIP dan Jokowi renggang sejak isu tiga periode. Namun belakangan, elite PDIP Masinton Pasaribu kepada media menyinggung soal skenario besar hingga puncaknya putusan MK yang memperbolehkan usia bawah 40 tahun maju. Tiga skenario itu kata dia mulai dari presiden tiga periode, penundaan pemilu hingga gugatan batas usia minimal capres-cawapres. Akhirnya yang ketiga yang lolos.
Dihubungi terpisah, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dodi Ambardi menilai bahwa soal wacana dua periode memiliki dua versi. Sayangnya tak ada hitam di atas putih sehingga masih harus divalidasi.
"Itu kan terbatas pada apa yang mereka katakan dan itu tidak ada hitam di atas putih, jadi itu akan tetap menjadi dua versi dan tidak akan selesai," kata Dodi lewat sambungan telepon, Minggu (29/10/2023).
Namun kata dia, dengan adanya beda versi ini yakni yang satu menyebut keinginan Jokowi sementara lainnya menyebut keinginan menterinya, maka memang akan berujung pada pendapat publik. Siapa yang paling dipercaya publik kata dia, akan terlihat di data nantinya dan bisa berdampak pada elektabilitas.
"Jadi saya kira pertimbangannya akan seputar-seputar itu saja karena setelah Gibran (Gibran Rakabuming Raka) itu menjadi dipilih jadi cawapres Prabowo, itu kongsinya (PDIP-Jokowi) sudah pecah itu," tutupnya.
(ezr)