Film tur konser Taylor Swift, The Eras Tour, langsung menjadi film konser paling laku sepanjang masa setelah penjualan tiket bioskop di akhir pekan yang jauh melewati film konser Justin Bieber dan mendiang Michael Jackson.
Periset pasar Comscore Inc. mengatakan film The Eras Tour menghasilkan pemasukan sekitar US$96 juta (Rp 1,5 triliun) dari penjualan tiket di bioskop Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Bahkan film tur konser ini berhasil mempertahankan posisi teratas di box office selama dua pekan berturut-turut. Mengalakan film karya Martin Scorsese yang dibuat untuk ditayangkan di platform streaming milik Apple Inc.
'Taylor Swift: Era's Tour’ menghasilkan US$31 juta (Rp494 miliar) dalam penjualan tiket di Amerika Utara, seperti yang diumumkan oleh Comscore Inc. pada hari Minggu.
Bagi ekonom Carolyn Sloane, penyanyi kelahiran 1989 itu seorang ekonom yang hebat. Taylor dianggap memiliki gagasan-gagasan hebat untuk dikembangkan.
“Selain seorang yang memiliki bakat generasi, Taylor Swift adalah seorang ekonom yang hebat,” kata Carolyn seorang ekonom tenaga kerja di Universitas Chicago
Bagaimana Taylow Swift bisa menjadi miliarder?
Sebagian besar kekayaan Taylor didapatkan dari tur, penjualan musik dan streaming, ditambah dengan properti real estate dan katalog lagunya.
Untuk katalog lagu atau penjualan lagu, Taylor kira-kira mendapatkan sekitar US$400 juta sejak tahun 2019.
Dari penjualan tiket konser dan merchandise, Taylor mendapatkan US$370 juta. Dari layanan streaming di Spotify dan YouTube, Taylor mengumpulkan US$120 juta.
Saat ini taylor memiliki 5 personal properties yang harganya dikisar sebesar US$110 juta. Dan royalti musik sebanyak US$80 juta.
"Ini merupakan perpaduan dari orang-orang yang memiliki tabungan, orang-orang yang memiliki keinginan untuk berbelanja, dan kenyataan bahwa dia telah menghasilkan sejumlah album yang bagi banyak orang adalah soundtrack pandemi,” kata ahli ekonomi praktis yang merupakan profesor di Columbia Business School, Brett House.
(bbn)