Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), per Semester 1 2023, kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) EBT di Indonesia telah menyentuh 12,7 GigaWatt (GW) atau sekitar 15% dari total pembangkit listrik di seluruh Indonesia.
Besaran itu meliputi kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 6.738,3 MW, PLTBio 3.118,3 MW, PLT Panas Bumi 2.373,1 MW, PLT Surya 322,6 MW, PLT Bayu 154,3 MW , serta PLT Gasifikasi Batubara 30,0 MW.
Adapun kini, pemerintah pun tengah menyusun peta jalan emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) untuk menghasilkan 700 gigawatt (GW) listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2060.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priadi mengatakan prioritas utama pemerintah adalah memacu pembangunan PLTS hingga PLTA.
Dia memperkirakan kebutuhan investasi untuk pengembangan pembangkit EBT itu pun mencapai US$55 miliar (sekitar Rp863,89 triliun asumsi kurs saat ini).
Pemerintah Indonesia sendiri telah menargetkan bauran energi baru dan terbarukan untuk pembangkit sumber daya listrik mencapai 23% pada 2025. Namun hingga saat ini, bauran EBT baru terealisasi 12,5%, atau masih cukup jauh dari target.
(ibn)