Adapun delapan jurnalis dilaporkan terluka, sembilan hilang atau ditahan, dan serangan masih terus belanjut dengan penangkapan, ancaman, sensor dan pembunuhan terhadap anggota keluarga.
Sherif Mansour, koordinator program CPJ di Timur Tengah dan Afrika Utara mendorong semua pihak yang berkonflik agar mengambil langkah-langkah untuk memastikan keselamatan jurnalis.
“CPJ menekankan bahwa jurnalis adalah warga sipil yang melakukan pekerjaan penting selama masa krisis dan tidak boleh menjadi sasaran pihak-pihak yang bertikai.”
CPJ juga melampirkan daftar nama jurnalis yang tewas dan organisasi medianya yang beragam mulai dari media internasional seperti Reuters dan Al Jazeera hingga media lokal.
“Daftar yang dipublikasikan di sini mencakup nama-nama berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber CPJ di wilayah tersebut dan pemberitaan media,” ujar CPJ, menambahkan bahwa daftar itu terus mereka perbarui secara berkala.
Situasi di Timur Tengah tiba-tiba meningkat setelah serangan kelompok militan Palestina, Hamas, dari Jalur Gaza ke Israel. Hamas menilai serangan ini merupakan respons atas tindakan otoritas Israel terhadap Masjid Al Aqsa.
Sebagai balasan, Israel mengumumkan blokade total terhadap Jalur Gaza dan mulai melakukan serangan di daerah tersebut dan di wilayah tertentu di Lebanon dan Suriah.
(bbn)