Logo Bloomberg Technoz

Senada, Direktur Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Putu Eka Cahyadhi mengatakan Kemenhub mengutamakan keseimbangan pelaku yang terlibat dalam ekosistem penerbangan, baik dari pelaku usaha hingga konsumen. 

Menurutnya, tidak boleh ada satu pihak yang paling diuntungkan atau mendapatkan beban yang paling besar di antara yang lainnya. 

“Saya tidak mau menyampaikan ini mahal atau murah, kita melihat keterjangkauan sekali lagi. Jadi tidak bisa kita katakan mahal atau murah karena tentu semua kembali padi pilihan customer,” ujar Putu.

Namun, tentu segala usulan dari Apjapi dan pelaku usaha akan dipertimbangkan, baik dari usulan untuk mengkaji tarif batas atas (TBA) tiket pesawat hingga pembebasan PPN tiket dan bahan bakar yang merupakan usulan dari Presiden Direktur Lion Air, Daniel Putut yang juga menghadiri acara tersebut. 

Menurutnya, usulan tersebut tentu perlu dikaji lebih dalam karena berkaitan dengan pendapatan negara yang tentunya digunakan untuk membiayai kebutuhan negara.

“Kita bareng, tidak mungkin ekosistem ini menjadi baik kalau 1-2 pihak mendapat dampak lebih dan lain tidak, kita kolaborasi untuk itu. langkah-langkah sudah berjalan, ada yang selesai dan ada yang on going dilakukan,” ujarnya. 

Keluhan Harga Avtur Tak Seragam

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur Lion Air, Daniel Putut mengatakan maskapai penerbangan tidak sanggup bergerak dengan TBA yang diatur pemerintah melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 2019. Apalagi, saat ini harga Avtur melambung tinggi dan terdapat fenomena pelemahan Rupiah. 

Tantangan selanjutnya adalah tidak meratanya harga Avtur di satu wilayah dengan wilayah lain. Sehingga maskapai penerbangan harus menerapkan berbagai strategi untuk mengakali hal tersebut. 

“Hari ini (27/10/2023) di Jakarta Rp15.027/liter. Tapi di Semarang Rp17.000, sudah Rp2 ribu bedanya dan itu berlaku sampai ke Papua dan ke seluruh Indonesia bagian barat juga sama,” ujar Daniel. 

“Jadi harganya berbeda, (misalnya) kalau saya naik mobil dari Jakarta ke Jogja. Isi bensin di Jakarta Rp1.000, bawa ke Jogja habis, (harganya) Rp5.000. Ada selisih Rp4.000. Saya mengisi 100 liter, Rp4.000 dikali 100 liter ini ilustrasinya. Tapi di pesawat kan kita tidak bicara 100 liter, sekali isi pesawat ke Surabaya 8.000 liter, dikali selisih Rp2.000 aja itu udah cost,” lanjutnya.  

Daniel mengatakan telah melakukan pendekatan ke pemerintah untuk mengkaji TBA. Selain itu, dengan adanya pelemahan Rupiah terhadap dolar yang hampir mencapai Rp16.000, Daniel mengatakan pihaknya menerapkan beberapa skenario efisiensi, salah satunya dalam sumber daya manusia. Namun, Daniel memastikan jumlah layanan tetap normal dan tidak akan mengorbankan aspek keselamatan 

“Salah satunya kita harus disiplinkan jumlah SDM. Itu kan cukup besar, harus kita squeeze sehingga ga terlalu besar. Kalau misal jumlah awalnya 10.000, apa iya kita pekerjakan 10.000 kalau bisa 5.000? Dan upaya lain lain juga,” tutupnya.

(dov/ain)

No more pages