Adapun rupiah justru tidak mampu mengikuti tren kawasan dengan pelemahan tipis 0,04% ke kisaran Rp15.926/US$, berbarengan dengan rupee India yang juga melemah 0,05%. Yuan China juga terlihat melemah 0,01%.
Data termutakhir dari Amerika memberi optimisme besar bagi pelaku pasar bahwa puncak bunga acuan the Fed sudah semakin dekat dengan kondisi pasar tenaga kerja AS yang terlihat mulai berat. Di pasar swap, probabilitas kenaikan Fed fund rate (FFR) di sisa tahun ini turun drastis tinggal 19,8%, terendah dalam sebulan terakhir.
Begitu juga potensi kenaikan pada kuartal 1-2024, turun di bawah 30%.
Para pedagang di pasar surat utang pun bergairah dengan yield obligasi pemerintah AS semua tenor kompak turun. UST-10 tahun tercatat turun 11 bps ke 4,84% setelah sebelumnya menyentuh 4,97%.
Sementara indeks dolar AS ditutup menguat semalam dan pagi ini terpantau bergerak melemah.
Tadi malam pemerintah AS melaporkan capaian pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 sebesar 4,9%, melampaui ekspektasi pasar sebesar 4,5%. Seharusnya kabar ini membuat pasar ketakutan karena ekonomi AS yang kuat menyisakan potensi inflasi tetap tinggi yang pada akhirnya membutuhkan pengetatan moneter lebih lanjut.
Akan tetapi, semalam juga dirilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) dan data klaim pengangguran yang dinilai lebih dominan menentukan kebijakan the Fed. Angka inflasi inti PCE tercatat 2,4%, di bawah ekspektasi pasar 2,5% dan jauh menurun dibanding periode sebelumnya sebesar 3,7%.
Sementara klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 21 Oktober di Amerika mencapai 210.000, melampaui perkiraan sebesar 207.000 klaim. Ditambah kelanjutan klaim pengangguran AS yang 1,79 juta, naik dari sebelumnya 1,72 juta dan melampaui prediksi pasar sebesar 1,74 juta klaim.
(rui/aji)