Bursa Saham Bergerak Tajam, Jangan Panik & Simak Penjelasan Ini
Jakarta - Situasi di dunia internasional dan di dalam negeri belakangan ini sedang memanas. Mulai dari perang Hamas-Israel, hingga pencalonan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di dalam negeri. Kondisi makro ekonomi dunia dan domestik pun tengah menjadi sorotan, khususnya terkait kebijakan suku bunga acuan The Fed dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Berbagai isu-isu ini membuat pasar saham menjadi sorotan bagi para pelaku pasar. Hal ini dikarenakan fluktuasi harga saham-saham bisa menjadi salah satu cerminan dari seberapa buruk atau baik situasi ekonomi, politik, keamanan, dan stabilitas. Artinya, kenaikan dan penurunan harga saham di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak hanya dipengaruhi kinerja keuangan masing-masing perusahaan atau emiten saham, tetapi juga dipengaruhi situasi eksternal di pasar saham.
Dalam teori ekonomi, naik turunnya harga saham merupakan sesuatu yang lumrah karena hal itu digerakkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Dengan terus berkembangnya berbagai isu global dan domestik yang beredar , hal ini menuntut setiap investor untuk perlu memahami lebih detail faktor-faktor eksternal tersebut.
Pertama, kondisi makro ekonomi suatu negara. Faktor ini memiliki dampak langsung terhadap naik dan turunnya harga saham. Sebagai contoh, ketika perekonomian suatu negara tergolong positif, tingkat inflasi yang terkendali, tingkat pengangguran yang rendah, umumnya hal ini juga akan terlihat dari pergerakan kinerja indeks saham suatu negara yang positif. Begitu juga sebaliknya apabila ekonomi suatu negara mengalami resesi, inflasi yang tidka terkendali, tingkat pengangguran yang tinggi.
Selain faktor itu, hubungan antara tingkat suku bunga perbankan dan pergerakan harga saham juga memiliki korelasi . Ketika suku bunga perbankan melejit, harga saham yang diperdagangkan di bursa akan cenderung turun tajam. Hal ini dapat terjadi karena beberapa kemungkinan, yaitu ketika suku bunga perbankan naik, banyak investor yang mengalihkan investasinya ke instrumen perbankan, seperti deposito. Dengan naiknya suku bunga tersebut, investor dapat meraup keuntungan yang lebih banyak. Bagi perusahaan, ketika suku bunga perbankan naik, mereka akan cenderung untuk meminimalisir keuntungan akibat dari meningkatnya beban biaya. Hal ini terjadi karena sebagian besar perusahaan memiliki utang kepada perbankan.