Konsensus yang dihimpun oleh Bloomberg sejauh ini memperkirakan Amerika mencetak pertumbuhan ekonomi di 4,5% pada kuartal III-2023. Sementara prediksi pertumbuhan ekonomi AS sepanjang 2023 adalah di angka 2,2%.
Sementara pada Jumat malam, Amerika akan mengumumkan inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) di mana konsensus sejauh ini memperkirakan angkanya di 3,4%, lebih rendah dibanding Agustus 3,5%. Sedangkan inflasi inti PCE September diprediksi di 3,7%, menurun dibanding bulan sebelumnya di 3,9%.
Angka-angka itu menjadi gantungan nasib bagi arah pasar keuangan dunia, termasuk rupiah.
"Bila angka pertumbuhan ekonomi AS tahun ini 2,3-2,4%, dipastikan the Fed akan naikkan bunga acuan," sambung Lionel.
Begitu juga bila data inflasi ternyata lebih tinggi ketimbang prediksi, maka itu akan memberi sokongan lebih besar bagi the Fed menaikkan bunga acuan.
Kenaikan bunga acuan the Fed akan memicu badai lebih besar di pasar keuangan. Dana asing akan semakin deras mengalir keluar menyerbu dolar AS dan aset fixed income yang memberi imbal hasil semakin tinggi, kemungkinan hari ini kembali menembus 5%.
Resesi Dangkal
Ekonom Bloomberg Economics memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 negeri paman sam itu sebesar 4,9%.
"Kami tetap berpandangan, PDB kuartal III Amerika [yang diprediksi kuat], tidak berkelanjutan," kata Anna Wong, Kepala Ekonom AS untuk Bloomberg Economics, dikutip dari Bloomberg News, Kamis (26/10/2023).
Ekonom menilai dengan prediksi pertumbuhan yang kuat di kuartal III, masih ada potensi dimulainya resesi dangkal di perekonomian Amerika mulai kuartal IV-2023.
Kuatnya pertumbuhan ekonomi kuartal III diprediksi tidak akan berlanjut karena faktor pendorong yakni konsumsi, persedian (inventory) dan perdagangan lebih mencerminkan potensi pelemahan di masa mendatang dibandingkan menjadi sebuah momentum yang langgeng.
Rupiah terpantau bergerak masih melemah di kisaran Rp15.930/US$ sampai siang jelang sore ini, menjadi valuta Asia terlemah kedua setelah won Korea Selatan.
Indeks Harga Saham Gabungan juga masih tergerus 1,3%, disusul yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun di kisaran 7,14%. Tenor 3 tahun mencatat kenaikan yield lebih tinggi 5,2 bps ke 6,87%.
Premi risiko investasi di Indonesia juga terpantau merangkak naik 3 bps ke kisaran 101,5.
(rui/aji)