Sebelumnya, Singapura mengumumkan telah memberikan persetujuan resmi untuk melakukan impor listrik bersih sebesar 2 GW dari Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Ketenagakerjaan sekaligus Wakil Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng, di sela acara Indonesian Sustainable Forum (ISF) pada awal September.
"Saya dengan bangga mengumumkan bahwa Otoritas Pasar Energi Singapura atau EMA telah memberikan persetujuan bersyarat untuk impor 2 GW listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura," ujar Tan.
Kesepakatan tersebut juga ditandai dengan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Memenuhi TKDN 60%
Rachmat pun menegaskan bahwa pengembang baterai dan panel surya Singapura harus membuat pabriknya di Indonesia.
Seluruh alat produksi yang bakal menghasilkan listrik rendah karbon tersebut mayoritas harus berasal dari Indonesia atau paling tidak tingkat komponen dalam negeri (TKDN) produksinya harus 60% dilaksanakan di pabrik yang berada di Indonesia.
"Baterai kalau bisa juga dibangun di Indonesia. Jadi made in Indonesia, elektronnya ke Singapura, tetapi industri indonesia terbangun," kata Rachmat.
Dia mengklaim jika otoritas negeri Singa itu pun telah menyetujui sola persyaratan tersebut. Dengan begitu, Singapura bakal memperoleh listrik bersih, berikut dengan Indonesia yang juga bakal memiliki industrinya sendiri.
"Misalnya nanti dia tidak harus beli dari China saja, bisa dari Indonesia."
(ibn/wdh)