"Target kita market share 5% EV baru di tahun itu. Jadi misalnya penjualan (kendaraan) 1 juta unit, dan 50.000 unit itu EV, biasanya naik lebih cepat. Di Thailand dari 2% menjadi 8%-9%. Jadi kita lagi mencontoh bagaimana menarik investor mobil listrik," kata dia.
Dia pun mengatakan, pihaknya hingga saat ini tengah menggodok peraturan baru untuk mengupayakan legal standing pemberina insetif tersebut. "Mudah-mudahan sebelum akhir tahun udah keluar."
Adapun sejatinya, pemertintah sendiri sebelumnya telah memberikan insentif nonfiskal kepada bagi produsen kendaraaan listrik yang ingin membangun di dalam negeri, yakni Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan untuk mengakselerasi adopsi kendaraan listrik.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan relaksasi TKDN tersebut khususnya ditujukan untuk menarik minat investasi kendaraan listrik di dalam negeri, sembari pengembangan ekosistem baterai dirampungkan.
“Kami akan relaksasi untuk titik 40% TKDN, yang tadinya awal 2024 kami mundurkan ke 2026. Setelah 2026, baru kami kejar sampai dengan 2030 untuk nilai TKDN bisa mencapai 60%,” ujarnya selepas pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 di ICE BSD City, Kamis (10/8/2023).
Namun demikian, Rachmat menilai, aturan itu belum cukup untu menggaet investor EV ke dalam negeri. "Tapi ternyata belum cukup karena harga antara kendaraan listrik dan konvensional ada yang namanya green premium, harganya beda jauh," ucapnya.
Tak sebandingnya harga EV dengan kendaraan konvensional itu, kata dia, menciptakan ketidakcocokan 'total cost of ownership' di kalangan masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat belum ada urgensi untuk memiliki kendaraan listrik.
"Jadi pemerintah [akan] keluarkan insentif fiskal dan bantuan pemerintah. Untuk mobil diberikan 10% pengurangan PPN dari 11% menjadi 1%. Kalau untuk motor 7 juta. Syaratnya harus dibuat di dalam negeri dengan TKDN 40%, tapi benefit yang didapatkan adalah harganya lebih affordable," jelasnya
"Ke depan, yang lagi kita pikirkan bagaimana kita berikan insentif pada produsen motor dan mobil listrik, supaya mereka bisa lebih nyaman masuk ke Indonesia. Karena yang saat ini TKDN 40% itu baru hyundai dan wuling. Jadi mudah-mudahan seblum akhir tahun udah keluar."
(ibn/spt)