Dalam sepekan terakhir, rupiah melemah 0,89% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, depresiasinya mencapai 2,45%.
"Bukan rupiahnya, tetapi dolar yang menguat," tegas Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan.
Keperkasaan dolar, menurut Sri Mulyani, disebabkan oleh kebijakan bank sentral Amerika Seirkat (AS) Federal Reserve yang akan menjaga suku bunga di level tinggi untuk waktu lama (higher for longer). Bahkan ada kemungkinan suku bunga acuan masih naik bulan depan.
"Ini yang kemudian membuat capital outflow di berbagai negara. Sampai Agustus Rp 110 triliun capital inflow, tetapi mulai September untuk yang bonds menurun. Sekarang tinggal Rp 43,6 triliun, bahkan di saham sudah negative flow," papar Bendahara Negara.
(aji)
No more pages