Keseimbangan primer yang surplus berarti utang lama tidak dibayar dengan utang baru. Tidak ada gali lubang-tutup lubang.
"Namun kita tidak boleh terlena, kewaspadaan harus ditingkatkan. Tantangan di lingkungan global yang terjadi harus kita waspadai," tegas Bendahara Negara.
Saat ini, lanjut Sri Mulyani, tantangan bergeser ke volatilitas pasar keuangan di Amerika Serikat (AS). Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sempat menembus 5%, pertama sejak 2007.
Kemudian di China, di mana sektor properti mengalami masalah serius. "Sebanyak 50 perusahaan properti mengalami kesulitan keuangan atau bahkan default," ujar Sri Mulyani.
China, menurut Sri Mulyani, penting bagi dunia. Banyak negara, termasuk Indonesia, mengandalkan China sebagai pasar ekspor utama.
Lalu, demikian Sri Mulyani, suku bunga global masih akan tinggi dalam waktu lama. Ditambah lagi ada peningkatan tensi geopolitik di Timur Tengah.
"Situasi perekonomian global sangat tidak pasti dan berisiko ke bawah," tuturnya.
(aji)