“Kami melihat mulai ada aksi ambil untung (profit taking). Namun target harga US$ 2.000/ons masih relevan dalam waktu dekat. Bahkan mungkin harga emas bisa mencapai rekor tertinggi baru kalau terjadi peningkatan eskalasi konflik di Timur Tengah,” sebut Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Selain itu, pelaku pasar juga tengah menantikan rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS). Pekan ini, akan keluar data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 dan inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE). Inflasi PCE adalah yang menjadi preferensi bagi bank sentral The Federal Reserve.
“Arah harga emas akan terkait dengan suku bunga. Jika ekonomi melemah, dan pasar menilai ada peluang terjadi resesi, maka suku bunga akan turun dan harga emas naik,” tutur Chris Mancini, Associate Portfolio Manager di Gabelli Gold Fund, juga diberitakan Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), emas memang masih bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 67,85.
RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, kenaikan harga yang sudah lumayan tinggi akhir-akhir ini membuat emas rentan terpapar koreksi. Aksi profit taking, yang terjadi sejak awal pekan ini, adalah risiko yang akan membayangi.
Target koreksi atau support terdekat ada di US$ 1.969/ons. Jika tertembus, maka target selanjutnya adalah US$ 1.936/ons.
Target paling pesimistis ada di US$ 1.890/ons.
Sedangkan target kenaikan atau resisten terdekat adalah US$ 1.985/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik ke US$ 2.006/ons.
(aji)