Chew saat berkunjung ke Indonesia pada Juni mengatakan, “Kami menganggap ini [Indonesia] sebagai rumah, lingkungan ini bukan seperti tujuan yang jauh. Jadi kami ingin berinvestasi secara proporsional berdasarkan peluang yang ada.”
Dalam perkembangan terbaru Chew akan bertemu dengan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki untuk membahas tentang keberlanjutan dari bisnis TikTok di Indonesia. Sebelumnya Chew bersurat kepada Presiden Joko Widodo.
Teten memastikan TikTok akan kembali menghadirkan layanan transaksi, sebab keuntungan yang besar. Bahkan, TikTok disebut bisa meraup keuntungan hingga Rp8-Rp9 triliun per bulan.
Teten belum mengetahui apakah TikTok akan membuka platform dagang-el baru atau memilih untuk berinvestasi di platform dagang-el lokal. Teten mengaku belum mendengar riset yang mengatakan TikTok akan berinvestasi dengan platform dagang-el lokal seperti Tokopedia.
‘Epic comeback’ TikTok dapat dilakukan lewat tiga pilihan cara; berkolaborasi dengan pemain yang sudah ada melalui API (Application Programming Interface), atau membangun platform e-commerce. Cara lain adalah mengakuisisi pemain yang ada.
Cara pertama lebih ditekankan MayBank Sekuritas Indonesia dan GOTO dianggap mitra kolaborator yang ideal. “Kami pikir cara tercepat bagi TikTok Shop untuk kembali beroperasi adalah melalui kemitraan dengan pemain yang sudah ada,” tulis MayBank.
“Kami menyarankan tiga hal penting sebagai syarat sebagai mitra Tiktok; memiliki ekosistem yang terintegrasi, baik logistik hingga pembayaran digital), memiliki basis pengguna yang sangat besar di Indonesia, memahami secara mendalam tentang pasar domestik,” tambah MayBank yang merujuk keunggulan ini hanya pada satu kandidat, GOTO.
Karut Investor Ritel Akan Masa Depan GOTO
Di tengah isu kemitraan GOTO juga mengalami tren penurunan harga saham. Pemicunya adalah rencana penjualan saham milik tiga mantan petinggi Gojek Tokopedia, CEO Andre Sulistyo, co-founder Kevin Aluwi dan co-founder & Komisaris William Tanujaya. JPMorgan pada akhir pekan lalu menetapkan target harga GOTO baru, Rp65.
Target baru harga saham GOTO, menurut Henry Wibowo dan Ranjan Sharma, analis JPMorgan dalam catatan mereka, didasari atas peluang bahwa para pendiri menjual lebih banyak kepemilikan mereka di masa mendatang.
Henry menuliskannya sebagai “kejutan negatif dan kemungkinan akan menimbulkan pertanyaan di kalangan investor.” Saham GOTO juga diubah menjadi netral. Analis pasar menyarankan kepada investor untuk wait and see hingga situasi relatif lebih mereda.
Penurunan saham yang terjadi dua pekan lalu lalu merupakan pencapaian terburuk, bahkan telah menembus rekor all time low (ATL), bahkan hampir menyentuh ‘gocap’ atau Rp50. Pada permulaan perdagangan Senin, 16 Oktober penurunannya mencapai 5,9% ke posisi Rp63, dan turus turun hingga Rp57.
Sejumlah investor melaporkan masih merugi dan masih menggenggam saham GOTO. Demi mengurangi kerugian beberapa melakukan strategi beli saat harga menurun. Namun yang terjadi harga GOTO masih terus menurun, seperti diceritakan investor saham, kreator konten, dan standup comedian Yudha Ramadhan.
Tidak cuma ritel, aksi investor asing gencar mengobral saham GOTO, di mana salah satunya adalah JPMorgan Chase & Co. Pada 16 Oktober JPMorgan Chase & Co. kini ‘hanya’ menggenggam 1,47 miliar saham GOTO atau tersisa 0,13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Adapun baru-baru ini JPMorgan Chase & Co. mencatatkan penjualan mencapai 1,51 miliar saham, yang terjadi pada Jumat, 13 Oktober 2023.
Contoh lain, Credit Agricole Group. turut menjual l 295 ribu saham dan Northern Trust Corp. melego 2,25 juta saham. Berdasarkan data Bloomberg, total kepemilikan saham GOTO oleh Credit Agricole Group. adalah 974,8 juta saham atau setara 0,08%. Sedangkan Northern Trust Corp. tersisa 1,49 miliar saham.
Pada saat yang relatif bersamaan BlackRock sebagai pengelola dana dengan salah satu jumlah aset kelolaan terbesar di dunia terpantau memborong saham GOTO sebanyak 1,07 miliar pada 16 Oktober. BlackRock kini tercatat mengakumulasi 22,36 miliar saham GOTO. BlackRock mulai masuk ke GOTO dengan jumlah besar saat terjadi rebalancing indeks MSCI.
Namun GOTO tetap dipandang memiliki prospek jangka panjang dan masih menjadi proksi ekosistem digital terbesar di Indonesia. Tekanan pasar lebih disebabkan oleh ketidakpastian divestasi saham yang dimiliki para bos GOTO.
(wep/roy)