Dalam penilaian Kementerian Keuangan, fenomena terakhir di mana rupiah nyaris menembus Rp16.000/US$ di pasar spot Senin kemarin, itu adalah karena faktor eksternal yakni penguatan dolar AS. "Kenapa dolar AS menguat? Amerika sedang butuh membiayai defisit yang melebar sangat tajam. Ini menjadi eksternal bersama-sama, BI sebagai otoritas moneter maupun pemerintah sebagai otoritas fiskal, kita koordinasi menghadapi ketidakpastian," tegas Febrio.
Lebih lanjut Febrio menjelaskan akan ada inisiatif kebijakan lanjutan untuk mendukung rupiah yang segera diumumkan. "Dari BI menaikkan bunga acuan, tapi yang ini kebijakan finalisasi segera akan diumumkan," katanya.
Ketika ditanya apakah inisiatif yang dimaksud adalah pengurangan pajak, Febrio tidak menjawab gamblang. "Intinya kita ingin menjaga daya beli masyarakat karena inflasi memang terjaga, khususnya inflasi pangan kita harus waspadai sehingga fokus utama menjaga daya beli masyarakat. Yang kedua, menjaga momentum pertumbuhan, kita melihat bukan hanya 2023 sisa dua bulan lebih ini, kita liat 2024 momentum pertumbuhan tetap berjaga," jelas Febrio lebih lanjut.
(rui)