Para peneliti menggunakan model lautan regional untuk mensimulasikan empat skenario potensi pemanasan global, mulai dari masa depan yang ditandai dengan penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi hingga skenario yang membatasi kenaikan suhu global menjadi 1,5 derajat Celsius menjelang tahun 2100, salah satu dari tujuan yang diuraikan dalam Perjanjian Paris.
Dalam semua skenario, suhu laut yang lebih tinggi menyebabkan lapisan es mencair secara signifikan dan luas dari bawah.
"Mengurangi emisi gas rumah kaca memiliki efek yang hampir tidak berarti dalam mencegah percepatan pencairan es," kata Kaitlin Naughten, seorang oseanografer di British Antarctic Survey dan penulis utama studi ini.
Tanpa perlindungan dari lapisan es tersebut, akan lebih banyak lagi lapisan es Antartika Barat yang kemungkinan akan jatuh ke laut. Lettie Roach, seorang peneliti di Universitas Columbia yang tidak terlibat dalam studi ini mengatakan kenaikan permukaan laut global akan memiliki dampak yang sangat buruk. Menurut studi tersebut, lapisan es tersebut mengandung cukup air untuk meningkatkan rata-rata permukaan laut global sebesar 5,3 meter.
"Studi menunjukkan bahwa hal ini berpotensi membanjiri ratusan juta orang setiap tahun," kata Roach. "Ini akan menyebabkan kerusakan infrastruktur triliunan dolar dan akan memiliki dampak besar terhadap PDB."
Namun, ada beberapa catatan penting. Iklim Antartika adalah sistem yang kompleks yang tidak selalu dapat dicakup secara komprehensif melalui pemodelan. "Hal-hal ini sangat sulit untuk diwakili. Ini adalah wilayah yang sangat kompleks di mana terdapat atmosfer, laut, es laut, beting es, dan lapisan es," kata Roach.
Para ilmuwan masih terus menyempurnakan perkiraan tentang seberapa cepat lapisan es akan meleleh dan bagaimana hal ini akan berdampak pada es di daratan.
"Sulit untuk mengetahui dengan pasti seberapa cepat responsnya, tetapi kami memperkirakan bahwa sebagian besar respons lapisan es akan memakan waktu beberapa abad. Ia tidak merespons secara instan," kata Naughten.
Temuan studi ini tidak berarti sudah waktunya menyerah dalam mengurangi emisi, bahkan jika dampaknya mungkin tidak segera membatasi pencairan. Setelah tahun 2100, para peneliti memperkirakan laju pencairan es akan melambat seiring dengan skenario mitigasi yang lebih ambisius, memberikan lebih banyak waktu bagi dunia untuk beradaptasi dengan kenaikan permukaan laut global.
Membatasi emisi gas rumah kaca sekarang juga dapat membantu mengendalikan pelelehan lapisan es lainnya, termasuk lapisan es Antartika Timur yang lebih besar, yang memiliki potensi untuk menyebabkan kenaikan permukaan laut hingga 10 kali lipat.
"Masih banyak dampak lain dari perubahan iklim yang bisa kita hentikan," kata Naughten. "Kita harus mempertahankannya dalam perspektif."
(bbn)