Bloomberg Technoz, Jakarta - Kejatuhan nilai tukar rupiah selama beberapa waktu belakangan dan memuncak kemarin di mana nyaris menembus level terlemah baru di Rp16.000/US$, telah memicu kecemasan terkait ketahanan perekonomian Indonesia.
Presiden Joko Widodo dalam sebuah forum ekonomi di Jakarta pagi ini, Selasa (24/10/2023) memberi pernyataan menenangkan pasar. Pelemahan rupiah masih terkendali dan perekonomian domestik terindikasi masih kuat di mana salah satu indikatornya adalah penerimaan pajak yang tumbuh.
"Kemarin Ibu Menteri Keuangan [Sri Mulyani] juga menyampaikan [penerimaan] pajak masih tumbuh 5,6% dari baseline tahun lalu, artinya masih ada pertumbuhan penerimaan negara. Artinya kalau orang bayar pajak, bisnis dia jalan di sini. Saya biasanya asal penerimaan negara masih tumbuh, penerimaan pajak masih tumbuh, itu berarti ekonomi kita masih baik tetapi sekali lagi kita semuanya harus melihat kembali tantangan-tantangan yang di depan," kata Jokowi.
Bukan hanya penerimaan pajak, pertumbuhan kredit perbankan juga masih tumbuh walau melambat di angka 8,69% pada September lalu.
Hanya saja, tantangan global masih sangat besar dan perlu antisipasi agar tidak sampai menyeret perekonomian domestik ikut jatuh.
Tantangan itu di antaranya adalah ancaman El Nino yang sudah menggangu pasokan pangan seperti beras. Disusul pecah konflik di Gaza yang bisa menyeret harga minyak semakin mahal. Padahal perang di Ukraina juga belum selesai sampai hari ini.
Di sisi lain, pada saat bersamaan, pasar global juga masih tersandera kebijakan bunga tinggi Amerika Serikat yang meningkatkan fluktuasi pasar dan menguatkan pamor dolar AS.
"Saya cek kemarin harga [minyak] Brent masih US$ 89 tapi kalau misalkan [perang di Gaza] meluas... [harga minyak] bisa mencapai US$ 150 dolar inilah yang harus kita waspadai, hati-hati semuanya baik sisi moneter maupun sisi fiskal," kata Jokowi.
(rui)