Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah kemungkinan masih akan kesulitan bangkit untuk berbalik arah menguat melawan dominasi dolar Amerika Serikat. Mata uang Indonesia diperkirakan akan melanjutkan tren bearish dengan potensi pergerakan di Rp15.910-Rp15.970 per dolar AS dan berpeluang menembus level psikologis baru di Rp16.000/US$ apabila tekanan jual makin besar ditambah aksi borong valas berlanjut di pasar spot.

Rupiah sampai saat ini belum memiliki katalis yang bisa cukup kuat menahannya dari tekanan besar pasar global, kendati Bank Indonesia sudah menaikkan bunga acuan untuk menjaga selisih imbal hasil Indonesia tetap menarik. 

Semalam tingkat imbal hasil surat utang Amerika tenor 10 tahun yang menjadi acuan sudah menembus 5%, tertinggi sejak 2007 terpicu aksi jual pemodal. Selisih imbal hasil yang makin sempit dengan surat utang RI, hanya berjarak 223 bps, menurut data Bloomberg, dapat mendorong berlanjutnya arus keluar modal asing dari pasar domestik yang akan melemahkan rupiah.

Indeks dolar AS terpantau naik pagi ini pukul 07.04 WIB, Selasa (24/10/2023) memberi sinyal tekanan dominasi the greenback masih akan besar. Rupiah juga terbebani sentimen negatif dari krisis di Gaza yang bisa mengerek harga minyak dunia. Sampai pagi ini, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kompak merangkak naik.

Di pasar derivatif, kontrak NDF rupiah baik 1 bulan maupun 1 pekan terpantau masih bergerak melemah di kisaran Rp15.911-Rp15.916 per dolar AS. 

Bank Indonesia akan sangat waspada berjaga di pasar di hari kedua perdagangan pekan ini, setelah kemarin rupiah mengawali perdagangan 'langsung terbanting' anjlok, diduga karena ada aksi panic buying valas oleh para importir yang mencemaskan pelemahan rupiah lebih dalam. Maklum, di banyak bank, terutama bank-bank menengah, harga dolar AS sudah dibanderol Rp16.000-Rp16.100/US$, sementara kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) kemarin ditutup di Rp15.943/US$.

Level penutupan JISDOR lebih lemah dibanding pasar spot di mana nilai tukar rupiah atas dolar AS parkir di Rp15.935/US$, melemah 0,38%. Rupiah keluar menjadi valuta Asia terlemah kedua setelah ringgit, bahkan sempat memimpin pelemahan dengan amblas ke Rp15.962. Tanpa intervensi BI di tengah hari kemarin baik di pasar spot maupun NDF, harga dolar AS kemungkinan sudah jebol rekor psikologis di Rp16.000/US$.

- dengan bantuan Mis Fransiska Dewi.

(rui)

No more pages