Gedung Putih mengecam uji coba rudal tersebut dan mengatakan bahwa pemerintah AS akan mengambil segala langkah yang diperlukan untuk mempersiapkan pertahanan AS dan negara sekutu Jepang dan Korea Selatan.
Sementara itu, Juru Bicara Dewan Keamanan Adrienne Watson mengatakan bahwa Komando Indo-Pasifik AS menilai uji coba tersebut tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel, wilayah, maupun sekutu AS. Peluncuran rudal Korut tidak perlu meningkatkan ketegangan yang berisiko mendestabilisasi situasi keamanan negara.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan kepada wartawan bahwa rudal balistik antar-benua (ICBM) Hwasong-15 mendarat di perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE) di lepas pantai Hokkaido, Jepang. Juru bicara pemerintah Hirokazu Matsuno mengatakan belum ada laporan kerusakan.
“Peluncuran terbaru ini adalah tindakan keterlaluan yang menimbulkan provokasi terhadap seluruh komunitas internasional,” kata Kishida.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan Korut meluncurkan rudal jarak jauh dari daerah dekat bandara internasional Pyongyang sekitar pukul 17:22. Sedangkan Penjaga Pantai Jepang mengatakan rudal itu tampak jatuh ke perairan sekitar pukul 18:27.
Ini menunjukkan rudal tersebut terbang selama lebih dari satu jam, durasi serupa dengan waktu penerbangan uji ICBM Korut lainnya. KCNA pada hari Minggu melaporkan bahwa rudal tersebut terbang selama 4.015 detik, atau hampir 67 menit.
Komando Indo-Pasifik AS telah meminta Korea Utara untuk menghentikan tindakan melanggar hukum dan destabilisasi lebih lanjut.
Kementerian Luar Negeri Korut mengancam AS pada Jumat (17/02/2023) bahwa pihaknya akan memberikan perlawanan yang lebih kuat dan gigih dari sebelumnya jika AS tetap melanjutkan latihan militer gabungan dengan Korea Selatan. Pada akhir Januari, AS dan Korea Selatan mengumumkan rencana untuk meningkatkan latihan militer gabungan mereka yang akhirnya memicu ancaman dan uji coba senjata oleh Korut.
Tes ICBM Korut sebelumnya terjadi pada bulan November. Rudal itu terbang selama lebih dari satu jam mencapai ketinggian sekitar 6.000 kilometer dan jarak sekitar 1.000 kilometer. Peluncuran itu juga dihadiri oleh putri kecil Kim Jong Un yang menandai penampilan resmi pertamanya di media pemerintah.
“Provokasi ini kemungkinan tidak akan mereda selama Kim masih memiliki program senjata nuklirnya dan keinginan rezim dalam melakukan pengujian dan perluasan senjata tetap ada,” kata Soo Kim, Mantan analis Badan Intelijen Pusat (CIA) AS.
Sebelumnya, Kim berjanji untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya di tahun baru untuk meredam “tindakan permusuhan AS dan Korea Selatan terhadap DPRK” dalam pidato pengaturan kebijakan yang dirilis pada 1 Januari lalu.
Peluncuran terbaru ini datang setelah Korut memamerkan ICBM terbesarnya dalam parade militer di Pyongyang awal bulan ini. Kim hadir dengan putrinya yang menandakan ada generasi lain yang siap untuk menjadi penerusnya.
Sejumlah mesin perang itu juga termasuk 11 rudal Hwasong-17, yang menurut para analis merupakan ICBM jalan raya berbahan bakar cair terbesar di dunia, dan lima tabung untuk ICBM berbahan bakar padat baru.
Seluruh ICBM tersebut merupakan rudal seluler dan sebagian besar jenisnya pernah ditampilkan Kim Jong-un di parade. Hal itu meningkatkan peluangnya untuk melakukan serangan yang dapat membuat pertahanan rudal AS kewalahan. Pasalnya, rudal berbahan bakar padat akan lebih mudah untuk bergerak dan lebih cepat ditembakkan dibanding ICBM berbahan bakar cair yang diluncurkan saat ini.
“Peluncuran uji coba ini hanya masalah waktu sejak Pyongyang memamerkan ICBM bahan bakar padat barunya pada parade militer 8 Februari lalu.” kata Cheong Seong-chang, direktur Pusat Kerjasama Asia Timur di Institut Sejong, South Korea.
Tahun lalu sendiri, rezim Kim Jong-un telah menembakkan lebih dari 70 rudal balistik. Uji coba itu menjadi yang terbanyak dalam satu dekade kekuasaannya dan bertentangan dengan resolusi PBB yang melarang negara itu melakukan peluncuran rudal. Pemimpin Korut itu diketahui telah membuat inventaris misilnya lebih mudah disembunyikan, lebih cepat digunakan, dan lebih sulit ditembak jatuh.
Korut berpotensi meningkatkan ketegangan regional lebih tinggi dengan uji coba nuklir pertamanya sejak 2017. AS, Korea Selatan, dan Jepang telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa Pyongyang tampaknya siap menguji perangkatnya kapan saja. Negara-negara sekutu itu telah sepakat akan memberikan sanksi yang tegas dan terkoordinasi jika Kim tetap nekat melakukan tes atom.
Tetapi tetap saja pemimpin Korut itu menemukan celah untuk meningkatkan provokasi dan melakukan gerakan militer lewat strategi tit-for-tat melawan AS dan sekutunya saat Presiden Joe Biden lengah karena berfokus pada perang Rusia di Ukraina.
Langkah AS untuk mengisolasi Vladimir Putin serta meningkatnya permusuhan terhadap China telah memberikan Kim kesempatan untuk memperkuat nuklirnya tanpa khawatir mendapatkan sanksi dari Dewan Keamanan PBB.
--Dengan asistensi dari Sohee Kim, Sangmi Cha dan Emi Nobuhiro.
(bbn)