Pukulan ganda dari the Fed dan pemerintah AS initelah menghancurkan harapan banyak orang bahwa tahun 2023 akan menjadi “tahunnya obligasi.”
Belum lama hal ini terbukti cukup kuat untuk mengimbangi aliran dana safe-haven ke obligasi AS ketika konflik Israel-Hamas memicu kembali kekhawatiran geopolitik.
“Meskipun level-level tersebut terlihat menarik dalam waktu dekat, investor cenderung terus menunggu katalis (seperti risiko geopolitik atau data yang melambat) daripada mengambil risiko di tengah pelemahan teknis,” tulis Gennadiy Goldberg dan Molly McGown, ahli strategi di TD Securities.
“Hal ini dapat membuat volatilitas suku bunga tetap tinggi dalam jangka pendek.”
Tingkat Psikologis
Kenaikan acuan obligasi global di atas level psikologis 5% ini menggarisbawahi asumsi investor bahwa the Fed dan bank sentral lainnya kemungkinan besar tidak akan memotong suku bunga di tengah inflasi yang tinggi, bahkan jika kenaikan suku bunga berhenti.
Ancaman lain yang muncul terhadap Treasury adalah perubahan komposisi pasar. The Fed mengurangi kepemilikan obligasinya melalui pengetatan kuantitatif, sementara kepemilikan pemerintah asing seperti China semakin berkurang.
Pasar Treasury masih berada pada jalur kerugian tahunan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi pada akhirnya dapat menjadi penghambat perekonomian AS dan membantu upaya the Fed dalam melawan inflasi.
Powell dan beberapa rekannya di the Fed juga sempat mengatakan bahwa kenaikan imbal hasil yang berkelanjutan dapat mengurangi tekanan untuk kebijakan moneter yang lebih ketat.
(bbn)