Logo Bloomberg Technoz

CSIS: Korban Kekerasan Kolektif di Indonesia Meningkat 54,7%

Sultan Ibnu Affan
20 February 2023 15:56

Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategy and International Studies (CSIS), Alif Satria (kiri). (Sultan Ibnu Affan)
Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategy and International Studies (CSIS), Alif Satria (kiri). (Sultan Ibnu Affan)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Lembaga riset Center for Strategic International Studies (CSIS) merilis hasil penelitian terbaru tentang kekerasan kolektif yang terjadi sepanjang 2022 di Indonesia. Dari hasil temuan tampak bahwa selama 2022, angka kekerasan secara umum turun namun jumlah korban kekerasan kolektif naik apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Selama 2022, terjadi 1.114 insiden kekerasan kolektif di Indonesia. Penting untuk dicatat ini merupakan penurunan. Dibandingkan tahun 2021 menurun 8,7%. Jadi ini hal yang sangat bagus,” kata peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Alif Satria dalam rilis "Kekerasan Kolektif di Indonesia Tahun 2022" yang dilaksanakan di Auditorium CSIS, Jakarta, Senin (20/2/2023).

"Kami juga sayangnya menemukan jumlah korban kekerasan di 2022 itu meningkat sebesar 54,7% menjadi 2.174 korban luka dan korban jiwa," imbuhnya.

Hasil riset data kekerasan kolektif 2022 oleh CSIS. (Sumber: CSIS)

Insiden terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Timur dengan 221 insiden.

Dalam kesempatan tersebut, CSIS menjelaskan definisi kekerasan kolektif yang mereka gunakan. Kekerasan kolektif didefinisikan sebagai (1) penggunaan kekuatan fisik atau ancaman kekuatan fisik (2) yang disengaja (3) yang dilakukan oleh atau terhadap sekelompok orang. Hasil penelitian dikompilasi dalam Collective Violence Early Warning (CVEW) dataset yakni sebuah basis data yang mencatat kasus-kasus kekerasan kolektif di Indonesia.