Adapun mereka memantau perang di Israel dan Ukraina, masalah ekonomi China, dan upaya lebih lanjut untuk memberlakukan pajak keuntungan besar, seperti yang terlihat di Italia, Swedia, dan Belanda tahun ini.
Kondisi NPL, terutama untuk pinjaman properti komersial, juga akan menarik perhatian investor.
Barclays Plc dan UniCredit SpA akan melaporkan laporan keuangan mereka pada Selasa (24/10/2023), diikuti oleh Deutsche Bank AG, Lloyds Banking Group Plc, Banco Santander SA, Standard Chartered Plc, BNP Paribas SA, dan NatWest Group Plc.
Setelah itu, HSBC Holdings Plc pada pekan depan, dan UBS Group AG dijadwalkan pada tanggal 7 November.
Prospek Makin Gelap
Perang Israel-Hamas kembali membuat harga energi yang tinggi menjadi salah satu perhatian utama investor, di mana kurang dari dua tahun ini invasi Rusia ke Ukraina telah meningkatkan ancaman gangguan pasokan minyak.
"Inflasi yang lebih tinggi bisa mengarah pada pertumbuhan gaji yang lebih tinggi, dan ini bisa berarti pertumbuhan biaya lebih tinggi dari yang diharapkan untuk FY24," kata analis RBC Benjamin Toms.
Ia menambahkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka panjang juga bisa mempengaruhi kualitas aset dan volume pinjaman di bank-bank.
Adapun perbankan investasi juga bisa mengalami penurunan karena ketidakpastian yang dapat menghambat IPO dan kesepakatan lainnya.
Namun, para trader obligasi tetap bisa mendapatkan dorongan pendapatan dari volatilitas yang meningkat, mirip dengan pergerakan yang terjadi setelah invasi Ukraina.
Sebagian besar bank besar Eropa diperkirakan akan melakukan pencadangan untuk menutupi kerugian kredit daripada tahun sebelumnya. Namun, para banker telah relatif tenang mengenai kualitas portofolio pinjaman mereka.
Di belahan dunia lainnya, lima bank besar Wall Street baru saja mencatat penurunan pendapatan perbankan investasi selama tujuh kuartal berturut-turut. Hal ini menyiratkan prospek yang tidak menjanjikan bagi bank-bank di Eropa.
(bbn)