Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Dekati Rp16.000/US$, Bunga Acuan BI Bisa Naik Lagi ke 6,5%

Ruisa Khoiriyah
23 October 2023 12:00

Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta -  Keputusan Bank Indonesia menaikkan bunga acuan 25 bps menjadi 6% setelah rupiah terus menerus dalam tekanan besar dan menyeretnya mendekati level rekor terlemah baru, diperkirakan akan menjadi awal dari serial kenaikan bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate ke depan.

Bunga acuan BI7DRR diprediksi akan menembus 6,5% dalam waktu dekat bila tekanan pada nilai tukar rupiah terus meningkat tak berjeda ditambah ketidakpastian baru dari konstelasi politik Tanah Air termutakhir, semakin membebani stabilitas nilai tukar. Kejatuhan rupiah yang berlanjut juga memicu risiko baru, kenaikan harga bahan bakar minyak dengan harga minyak dunia yang masih panas akibat perang di Timur Tengah.

Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Kamis pekan lalu memberikan sinyal terbukanya kemungkinan kenaikan lebih lanjut untuk memastikan stabilitas nilai tukar. Bank sentral tidak akan ragu menempuh kebijakan antisipatif (pre-emptive) untuk mengimbangi tekanan global yang membuat rupiah kian lemah.

Berkaca pada 2018 dan 2022 di mana ketika itu BI di bawah komando Perry juga melangsungkan serial kenaikan bunga acuan secara agresif, terutama didorong upaya menstabilkan nilai tukar dan ancaman terhadap inflasi domestik. 

Para ekonom memperkirakan Bank Indonesia masih akan menaikkan lagi BI7DRR sebesar 25-50 bps di sisa tahun ini yang tinggal dua bulan, akibat masih kuatnya tekanan global yang terus memicu arus keluar modal asing dari pasar domestik dan menyeret rupiah jatuh dekati level rekor psikologis.