Dilaporkan Badan Berita Nasional Lebanon yang dikelola negara, Israel mengebom desa-desa di perbatasan pada Sabtu malam, menjangkau wilayah-wilayah yang jauh di selatan Lebanon, terutama Jezzine, Tyre, dan Bint Jbeil. Sekitar 1.500 keluarga Lebanon dan Suriah mencari perlindungan di sekolah-sekolah di Tyre yang telah didirikan oleh pemerintah kota dalam antisipasi memburuknya konflik.
Hizbullah, salah satu milisi paling kuat di Timur Tengah, didanai oleh Iran dan juga diwakili oleh partai politik di Lebanon dengan jaringan sekolah, rumah sakit, layanan sosial, dan bahkan pemberi pinjaman lokal yang luas. Bersama dengan sekutunya, Hizbullah adalah salah satu partai paling berpengaruh di negara itu dan memiliki mayoritas dan kekuatan militer untuk menghalangi keputusan pemerintah atau parlemen.
Pemerintah Lebanon, yang memiliki sedikit atau bahkan tidak ada pengaruh atas sayap bersenjata Hizbullah, mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan rencana darurat jika terjadi perang. Maskapai penerbangan nasional Lebanon, Middle East Airlines, telah memarkir beberapa armadanya di Turki. Pihak berwenang telah membahas cara untuk mengamankan infrastruktur dan jalur perdagangan mereka.
Dalam jumpa pers yang disiarkan langsung pada hari Minggu, seorang anggota parlemen Hizbullah mengatakan tujuan kelompok tersebut adalah mencegah Israel mencapai tujuannya di Gaza. Berbicara di selatan Lebanon, Hassan Fadlallah juga memuji penduduk setempat yang telah menawarkan "putra terbaik mereka" untuk menghadapi Israel.
Hizbullah telah menyerang pos militer Israel dan kota-kota perbatasan setiap hari selama dua pekan terakhir dan telah mencoba mengirimkan drone ke wilayah udara Israel. Serangkaian serangan ini dimulai sehari setelah Hamas melancarkan serangan tak terduga ke Israel pada tanggal 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menculik puluhan lainnya.
Israel meresponsnya dengan melakukan pengeboman intensif di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, menewaskan ribuan orang. Israel diperkirakan akan meluncurkan invasi darat, yang telah dikatakan oleh Iran akan semakin meningkatkan ketegangan.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan pemerintah sedang melakukan pembicaraan dengan pihak-pihak Arab dan internasional untuk menghentikan serangan Israel di wilayah selatan, dan mencegah perang meluas lebih jauh ke Lebanon.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, berbicara dengan Mikati pada Sabtu malam dan "mencatat kekhawatiran yang semakin meningkat terhadap ketegangan yang meningkat di sepanjang perbatasan selatan Lebanon," menurut Departemen Luar Negeri AS.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan pertempuran dengan Hizbullah "terutama terjadi di garis kontak." Hizbullah telah mengadopsi retorika serupa, mengatakan bahwa bentrokan tersebut tetap berada dalam apa yang disebut "aturan pertempuran," yang membatasi pertempuran di wilayah Lebanon yang dianggap diduduki oleh Hizbullah.
Menurut Giora Eiland, mantan penasihat keamanan nasional Israel, hingga saat ini Hizbullah belum terlibat dalam pertempuran nyata dengan Israel. Mungkin karena mereka sensitif terhadap opini publik di Lebanon, di mana orang-orang khawatir akan dampak perang semacam itu.
"Hizbullah sadar bahwa jika perang besar-besaran meletus di Lebanon, itu akan membawa kehancuran bagi kota Beirut. Beirut akan terlihat seperti Gaza," kata Eiland, seorang jenderal pensiunan dan sekarang seorang komentator media, kepada para jurnalis dalam sebuah pengarahan pada Sabtu malam.
Hizbullah mengklaim memiliki 100.000 pejuang dan persediaan misil yang dapat mencapai seluruh Israel. Para ahli mengatakan, keterlibatan mereka dalam perang di Suriah bersama pasukan Presiden Bashar Al-Assad telah memberikan pengalaman lebih kepada pejuang mereka dalam perang gerilya.
Perang terakhir Hizbullah dengan Israel terjadi pada tahun 2006, menyebabkan lebih dari dari 1.000 orang tewas di Lebanon dan lebih dari 100 di Israel, serta menyebabkan pengungsian massal dan kerusakan. Meskipun kelompok ini mengklaim kemenangan pada masa itu dan mendapatkan dukungan dari dunia Arab, kondisinya kini berbeda.
Pertempuran kelompok tersebut melawan pemberontakan rakyat di Suriah telah merusak citra mereka di beberapa wilayah Timur Tengah. Di Lebanon, para kritikus menyalahkan kelompok tersebut atas krisis keuangan negara dan mengatakan bahwa Hizbullah bertanggung jawab atas penahanan pendanaan yang sangat dibutuhkan bagi Lebanon oleh negara-negara Arab seperti Arab Saudi.
(bbn)