Serangan tersebut menghancurkan sebuah gereja Kristen Ortodoks yang digunakan sebagai tempat perlindungan.
“Orang-orang memborong emas karena merasa menemukan keamanan di tengah risiko geopolitik. Jika konflik di Timur Tengah bereskalasi, maka harga emas bisa menembus US$ 2.000/ons yang merupakan level tertinggi sejak 2020,” papar Ole Hansen, Head of Commodity Strategy di Saxo Bank, dalam risetnya.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang sedang bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 69,01.
RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Bahkan RSI emas sudah nyaris menyentuh 70, yang berarti hampir masuk zona jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, harga emas berisiko turun. Target koreksi atau support terdekat ada di US$ 1.960/ons. Jika tertembus, maka US$ 1.925/ons bisa menjadi support selanjutnya.
Bahkan support terjauh bisa mencapai US$ 1.931/ons.
Sementara target kenaikan atau resisten terdekat adalah US$ 1.998/ons, setelah harga emas terbukti mampu menembus titik US$ 1.972/ons.
Jika resisten baru itu tertembus, maka ada kemungkinan harga emas naik lagi menuju US$ 2.010/ons.
(aji)