Dari total 204.807.222 daftar pemilih tetap (DPT), 47% suara terpusat di tiga provinsi di Pulau Jawa. Komposisinya 17% pemilih di Jawa Barat, 14% di Jawa Tengah, dan 15% di Jawa Timur.
Aab menilai Prabowo akan mempertimbangkan Jawa Tengah menjadi ceruk yang akan dieksplorasi ketika Jawa Timur sudah terpetakan pada dua kekuatan: Mahfud dan Muhaimin Iskandar. Terlebih, dalam catatan surveinya, Prabowo di Jatim memiliki elektabilitas yang lebih baik, namun lemah di Jawa Tengah.
Sejumlah survei terbaru juga merilis hasil serupa. Survei Poltracking per 11 Oktober misalnya, di Jawa Timur Prabowo unggul 40,6%, Ganjar 38,2% dan Anies 13,6%. Survei serupa per 19 Oktober 2023 juga dirilis Pusat Studi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dalam head to head, Prabowo unggul 50,7% dan Ganjar 47,7%.
Survei LSI (4-12 September) menggenapkan keunggulan Prabowo di Jatim sebesar 44,2%.
Angka tersebut lebih tinggi dari Ganjar yang hanya meraup suara sebanyak 41,5%, di saat Anies hanya mengantongi 11,5%.
"Atas kondisi itu pula maka Anies memilih Muhaimin. Nah persoalannya, jika Jawa Tengah tak coba ditembus, maka sangat mungkin 14% suara nasional yang berada di Jateng akan di-grab semua oleh Ganjar-Mahfud," ungkap Aab.
"Saya mensinyalir pilihan Prabowo akan mengarah kepada sosok yang bisa memberikan kontribusi di Jawa Tengah," ungkap Aab menegaskan.
Aab mengakui Jateng memang cukup sulit ditembus dalam sejarah Pemilu. Namun karena pilpres hanya satu kursi, maka mau tidak mau, kata dia, sesulit apapun seorang calon akan masuk dalam ceruk yang dimungkinkan.
"Menghadapi Pilpres tentu semua akan dilakukan. Sekalipun memilih Gibran yang memang secara elektoral masih belum diperhitungkan," ujar Aab.
Gibran, kata dia, saat ini memiliki dukungan dengan instrumen dukungan dari Presiden Joko Widodo. Gibran, memiliki daya unggah untuk setidaknya membelah kekuatan di Jateng.
"Gibran memiliki variabel 'Jokowi'. Instrumen penting dalam kalkulasi politik saat ini. Apalagi, Prabowo sudah mengatakan, cawapres yang akan ia pilih akan lebih dulu didiskusikan dengan Presiden Jokowi," ujar Aab.
Antara Ide Politik Baru dan Etika Politik
Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting, Aditya Perdana menilai keputusan MK yang memberi lampu hijau Gibran untuk menjadi cawapres boleh jadi menjadi sebuah gagasan untuk mendorong partisipasi anak muda dalam berpolitik di tingkat nasional.
Namun demikian, dia menilai sosok Gibran secara elektoral belum menjadi dewa penolong bagi Prabowo. Berdasarkan survei Algoritma pada Juni 2023, elektabilitas Gibran masih di kisaran 5 persen. Prediksi secara menyeluruh, kata dia, tidak akan menjamin bahwa pasangan ini akan menang mudah dalam satu putaran.
"Sampai saat ini belum ada satu pun calon presiden yang mampu menunjukkan potensi keterpilihannya di atas 50 persen," ujar dia.
Aditya menilai Prabowo masih akan tetap memiliki kecenderungan memilih Gibran, sebatas pada pertimbangan sosok politikus muda.
"Akan lebih kepada pertimbangan itu," ujar dia.
Namun demikian, Aditya kembali memberikan catatan khusus, bakal keterlibatan Gibran memang hadir sebagai ide perubahan kelembagaan politik nasional, yang mendorong partisipasi anak muda. Hanya saja, ketika ide ini dimasukkan sebagai salah satu cara masuk dalam kontestasi pilpres yang sedang berlangsung, maka ini yang tidak beretika dalam sebuah negara demokrasi.
Terlebih, selain Gibran yang merupakan anak seorang presiden yang masih menjabat, Wali Kota Solo itu juga merupakan kader dari PDI Perjuangan yang telah memilih nama Ganjar Pranowo sebagai calon presiden.
"Malah bukan menjadi pembelajaran yang baik. Tapi tentu saja kita berharap, Gibran yang menjadi cerita politikus yang menginspirasi pun dapat lebih bijak dalam mengambil putusan politiknya, meski peluang itu terbuka saat ini baginya," ujar Aditya.
(ain)