Sebagian besar calon pembeli gas Blok Masela, lanjutnya, berasal dari perusahaan-perusahaan di dalam negeri.
“Ada, nanti kan domestik juga banyak. Kita kan alokasinya untuk domestik banyak, supaya ketahanan energi dalam masa transisi tercapai,” tegas Arifin.
Lebih lanjut, dia menargetkan Blok Masela dapat mulai berproduksi atau onstream pada 2030. Selain Masela, Geng North di North Ganal juga diharapkan dapat segera merealisasikan POD-nya sehingga produksinya dapat diakselerasi.
“Kami harapkan dalam 2—3 tahun, [North Ganal] sudah berproduksi tuh, kan lumayan banyak [potensi cadangan LNG-nya]. Sekarang [pasok LNG masih tergantung dari] Jawa Timur. Kami harus upayakan pipa yang dari Semarang ke Cirebon tahun depan kelar, supaya tidak pampat karena sekarang masih pampat sekian volume dan tidak tersalurkan dari Jawa Timur,” terang Arifin.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya menyebut sudah ada perusahaan asing yang juga bakal menyerap gas Lapangan Abadi Blok Masela.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, bahkan perusahaan asing tersebut telah berkeinginan untuk menyerap dua kali lipat dari proyeksi gas yang bakal dihasilkan pada blok yang berlokasi Tanimbar, Maluku itu.
"[Perusahaan] luar negeri itu yang minta saja sudah dua kali lipat," ujar Dwi saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (12/10/2023).
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, Blok Masela sendiri diproyeksikan akan memproduksi sebanyak 16.500 juta standar kaki kubik gas per hari (MMSCFD), atau setara dengan produksi LNG sebanyak 9,5 juta ton per tahun.
Adapun, Kementerian ESDM menargetkan Lapangan Abadi Blok Masela dapat mulai berproduksi selambat-lambatnya pada 30 Desember 2029, setelah proses akuisisi saham oleh Pertamina dan Petronas, menggantikan Shell Upstream Ltd. beberapa waktu lalu.
(wdh)