Logo Bloomberg Technoz

Zuhdi berpendapat, kenaikan harga minyak tersebut disebabkan oleh spekulasi pasar yang muncul jika perang tersebut terus memanas, yang dapat melibatkan Iran dan Amerika Serikat (AS).

Iran sendiri merupakan sumber utama minyak mentah tambahan pada 2023. Negara ini meringankan pengetatan pasar, tetapi sanksi tambahan AS terhadap Teheran dapat membatasi pengiriman tersebut.

Hal lain yang menjadi sebab pelandaian tersebut yakni pemangkasan produksi OPEC+ yang terjadi saat ini, yang memungkinkan untuk OPEC+ kembali meningkatkan suplainya untuk stabilisasi harga minyak global jika eskalasi perang memang terjadi.

"Selain itu, permintaan dari negara besar seperti China dan Amerika Serikat juga sedang dalam kondisi melambat atau muted," tuturnya.

Harga minyak dunia kembali melesat pada perdagangan pagi ini. Kekhawatiran soal konflik di Timur Tengah masih menjadi faktor dominan penggerak harga si emas hitam.Pada Jumat pagi, harga minyak jenis Brent tercatat US$93,47/barel atau naik 1,16% sekaligus jadi yang tertinggi sejak akhir September.

Adapun, minyak jenis Light Sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$89,35/barel atau naik 1,11% dan juga menyentuh titik tertinggi sejak 29 September.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menilai harga minyak dunia masih memiliki peluang untuk kembali melandai pada akhir tahun ini, hingga memasuki 2024.

Sampai dengan saat ini, skenario dari para ekonom Bank Permata adalah konflik Israel-Hamas tidak akan tereskalasi lebih jauh.

“Dengan demikian, kami melihat faktor fundamental masih akan memengaruhi pergerakan harga minyak, di mana perekonomian global pada tahun depan diperkirakan tumbuh lebih rendah, terutama China yang merupakan konsumen terbesar minyak global,  sehingga permintaan mminyak akan melambat dan menurunkan harga,” terangnya.

Akan tetapi, kata Josua, masih ada faktor fundamental lain yaitu tren hawkish dari The Federal Reserve yang menyebabkan nilai tukar dolar AS masih akan relatif kuat sehingga harga komoditas relatif lebih mahal bagi negara-negara konsumen.  

“Kami melihat harga minyak pada akhir tahun ini berada di level US$91,3/barel dan pada akhir 2024 di level US$83,1/barel,” ujarnya.

Namun demikian, Josua menggarisbawahi, apabila konflik Israel-Palestina meluas dan melibatkan negara-negara Timur Tengah lainnya, harga minyak tetap dapat kembali menerjang ke atas US$100/barel. 

(wdh)

No more pages