Amblesnya laba bersih dipengaruhi peningkatan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment), dari Rp634 miliar di kuartal III-2022 menjadi Rp1,19 triliun pada kuartal III-2023. Kenaikan beban tersebut tak mampu ditutupi oleh pendapatan setelah distribusi bagi hasil yang hanya naik 6,4% menjadi Rp3,95 triliun. Adapun penyaluran pembiayaan masih didominasi oleh murabahah dengan nilai Rp11,9 triliun, naik 5,38% secara yoy.
BTPS menyatakan terjadi peningkatam rasio pembiayaan bermasalah atau NPF bruto menjadi 3,02% dari setahun sebelumnya 2,36%. Dengan peningkatan ini NPF netto tetap naik menjadi 0,7% dari setahun sebelumnya 0,13%, meskipun perseroan telah meningkatkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
Fachmy Achmad, Direktur Keuangan BTPN Syariah dalam siaran pers menyatakan meski kondisi masih cukup menantang, BTPN berkomitmen untuk menjadi bank yang sehat. Tercatat di kuartal ini, mayoritas rasio-rasio penting Bank masih berada di atas industri. Di sisi lain, kami terus menggulirkan program untuk memperkuat kapasitas masyarakat inklusi sebagai wujud komitmen Bank dalam mengubah hidup berjuta rakyat Indonesia menjadi lebih berarti,” ungkap Fachmy Achmad.
(red/roy)