"Risiko meluasnya perang di Timur Tengah membuat negara-negara Barat harus menutupnya untuk mengurangi risiko gangguan pasokan minyak," kata Edward Moya, Analis Senior OANDA, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Amerika Serikat (AS) melonggarkan sanksi bagi Venezuela setelah pemerintahan Presiden Nicolas Maduro membuat kesepakatan dengan pihak oposisi untuk penyelenggaraan Pemilu yang lebih transparan. Namun, Moya menilai langkah ini hanya solusi sesaat, temporer saja.
"Venezuela tidak akan bisa mendongkrak produksi ke level yang signifikan. Jadi walau ada ketenangan, sepertinya itu temporer," tegas Moya.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dalam perspektif harian (daily time frame), minyak memang masih bullish. Untuk Brent, Relative Strength Index (RSI) ada di 59,28.
RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset tengah di posisi bullish.
Namun, perlu diperhatikan bahwa harga minyak sudah naik cukup tinggi. Harga Brent melesat nyaris 3% dalam sepekan terakhir, sehingga rentan terkoreksi.
Target koreksi terdekat untuk Brent ada di US$ 91,5/barel. Jika tertembus, maka ada kemungkinan turun lagi ke 88,6/barel.
Target paling pesimistis adalah US$ 82,5/barel.
Untuk WTI, skor RSI ada di 56,11. Seperti halnya Brent, WTI pun berada di teritori bullish.
Juga seperti Brent, WTI rawan mengalami koreksi karena harga sudah naik hampir 3,5% dalam sepekan terakhir. Target koreksi terdekat ada di US$ 87,27/barel yang jika tertembus bisa membuat harga turun lagi ke US$ 86,3/barel.
Target paling pesimistis adalah US$ 77,93/barel.
(aji)