Logo Bloomberg Technoz

Bunga Acuan Naik

Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI diharapkan bisa menjadi ‘obat kuat’ bagi rupiah. Kemarin, Gubernur Perry Warjiyo dan kolega sepakat untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 6%.

“Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah pre-emptif dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor (imported inflation), sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3 plus minus 1% pada 2023 dan 2,5 plus minus 1% pada 2024,” kata Perry dalam konferensi pers usai RDG.

Rupiah memang membutuhkan sokongan lain di luar intervensi harian. Sebab, rasanya tekanan terhadap mata uang Ibu Pertiwi sudah terlalu kuat, sudah terlalu banyak spekulasi sehingga butuh kebijakan yang lebih tegas.

“Pelemahan mata uang akibat tingginya permintaan valas biasanya terjadi secara bertahap. Namun, pelemahan kemarin terjadi begitu cepat baik di pasar spot maupun Non-Deliverable Forwards (NDF) yang mengindikasikan aksi spekulasi. Kenaikan suku bunga acuan memberi sinyal untuk memukul para spekulan tersebut,” papar Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas.

Bicara soal pasar NDF, rupiah masih perlu waspada. Sebab, rupiah masih terpantau melemah di pasar tersebut. Biasanya kurs di pasar NDF akan mempengaruhi pasar spot.

Pada pukul 06:58 WIB, kurs rupiah di pasar NDF untuk tenor 1 minggu ada di Rp 15.852,75/US$ dan tenor 1 bulan adalah Rp 15.851/US$. Keduanya menunjukkan pelemahan dibandingkan posisi penutupan perdagangan pasar spot kemarin.

(aji)

No more pages