Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, ditambah lagi, terjadi aksi jual secara masif di pasar obligasi dan pecahnya konflik paling mematikan di Timur Tengah tanpa adanya solusi dalam waktu dekat sehingga memicu kekhawatiran konflik akan melebar menjadi perang regional.
“Powell harus bersikap sangat hati-hati dan tidak terlalu yakin atau terlalu ragu dalam pidatonya, karena jika terdengar cenderung ke arah tertentu, akan berpotensi menggoyang pasar finansial,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Investor melihat rilis data ekonomi AS terkini sebagai indikator bahwa suku bunga mungkin akan dinaikkan lebih lanjut atau paling tidak dipertahankan di tingkat yang tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pengajuan atau klaim tunjangan bagi pengangguran di AS turun pekan lalu ke level terendah sejak Januari, seiring pasar tenaga kerja yang terus menguat.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja yang dirilis pada Kamis, klaim tunjangan pengangguran awal turun menjadi 198.000 pada minggu yang berakhir pada 14 Oktober. Mengindikasikan permintaan akan pekerja tetap tinggi, dengan para pengusaha di berbagai sektor terus menambah pekerjaan dengan kecepatan yang tinggi.
Jerome Powell, mengindikasikan bahwa mereka akan cenderung mempertahankan suku bunga pada pertemuan berikutnya sambil tetap membuka kemungkinan kenaikan di masa depan jika para pembuat kebijakan melihat tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Pada saat yang sama, Powell tetap membuka opsi untuk menaikkan suku bunga pada bulan Desember atau setelahnya, tetapi dia menetapkan standar yang cukup tinggi untuk langkah tersebut.
Dia mengatakan bahwa langkah-langkah selanjutnya akan bergantung pada "data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko."
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan BI7DRRR sebesar 25 bps menjadi 6%. Ini adalah kenaikan pertama sejak Januari 2023, karena BI berusaha menstabilkan nilai tukar USD/IDR di tengah tingginya ketidakpastian global.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 basis poin menjadi 6,75%," ungkap Perry dalam jumpa pers usai RDG di kantor BI, Jakarta, Kamis (19/10/2023).
Adapun keputusan ini di luar ekspektasi pasar. Kenaikan suku bunga akan mempengaruhi emiten-emiten perbankan, properti, otomotif, dan sebagainya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 1,2% ke 6.846 dan masih didominasi oleh munculnya volume penjualan, koreksi dari IHSG pun menguji area support yang berada di 6.840.
“Waspadai, apabila IHSG break area tersebut maka IHSG terkonfirmasi sedang berada pada bagian dari wave c dari wave (ii). Hal tersebut akan membawa IHSG ke rentang area 6.747-6.820 sebagai target koreksi berikutnya,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (20/10/2023).
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut KLBF, PTRO, UNIQ dan WIIM.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, IHSG berpotensi bergerak konsolidatif di kisaran 6.850 di Jumat (20/10).
“Dengan kecenderungan pasar yang wait and see dan tekanan jual yang kemungkinan masih tersisa, sebaiknya jangan terlalu agresif dalam merespon peluang buy on support/bargain hunting hari ini,” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco merekomendasikan saham-saham diantaranya TLKM, MAPI, INDF, WIIM dan AMRT.
Sementara untuk saham-saham perbankan sebaiknya menunggu fase konsolidasi sebelum masuk.
(fad/aji)